Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Kandungan Vaksin AstraZeneca yang Berbahaya dan Diwaspadai

Kompas.com - 17/04/2021, 18:50 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

Mengenai kandungan polysorbate 80 yang disebut dapat merusak membran sawar darah otak, Elias mengatakan, hal itu tidak benar.

Kandungan itu biasa terdapat dalam makanan sebagai pengemulsi yang membantu bahan jadi tercampur. Kandungan ini juga ditemukan di dalam produk kesehatan lain sebagai surfaktan untuk mengurani tegangan permukaan antarbahan.

"Dalam pengobatan, cara kerjanya mirip dengan menstabilkan cairan untuk injeksi. Volume yang digunakan dalam vaksin adalah sebagian kecil dari volume yang digunakan pada produk lain," kata Elias, mengutip Reuters, 22 Maret 2021.

Polisorbat 80 digunakan secara luas dengan aman dalam industri makanan dan vaksin lain. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyebutkan ada 17 vaksin umum yang mengandung polisorbat 80.

Benar bahwa polysorbate 80 digunakan dalam vaksin untuk menjaga agar komponen tetap larut, tetapi pakar kesehatan telah menetapkan risiko paparan zat tersebut serendah-rendahnya.

Oleh karena itu, menyebutnya sebagai kandungan berbahaya yang dapat merusak membran sawar darah otak adalah salah.

Hal ini juga berlaku pada kandungan lainnya.

Pembuatan vaksin ini telah melalui rangkaian uji klinis dan uji coba, sebelum disuntikkan pada manusia.

Di Indonesia sendiri, vaksin AstraZeneca dinyatakan aman oleh BPOM.

Dari pemberitaan Kompas.com, 9 Maret 2021, BPOM menyebutkan, efikasi vaksin AstraZeneca sebesar 62,1 persen dengan efek samping ringan sampai sedang.

Adapun efek samping yang paling sering dilaporkan, yaitu:

1. Reaksi Lokal

  • Nyeri pada saat ditekan
  • Nyeri kemerahan
  • Gatal
  • Pembengkakan

2. Reaksi Sistemik Ringan

  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Meriang
  • Nyeri sendi
  • Mual
  • Demam
  • Muntah

Tidak ada efek samping berbahaya seperti yang disebutkan dalam unggahan akun Facebook di atas.

Sementara itu, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa kandungan dalam vaksin AstraZeneca adalah faktor utama penyebab penggumpalan darah.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (15/4/2021), menurut Andreas Greinacher dari Universitas Greifswald, Jerman, penggumpalan bisa terjadi karena adanya faktor lain.

Sindrom pembekuan darah jarang terjadi. Menurut Greinacher, ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalaminya memiliki beberapa faktor lain yang membuat mereka rentan terhadap penggumpalan darah.

Kesimpulan

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim soal kandungan vaksin AstraZeneca yang diwaspadai dan menimbulkan efek samping tidak tepat.

Vaksin tersebut memang mengandung bahan yang disebutkan, tetapi tidak berbahaya jika disuntikkan pada manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com