Ia mengatakan, biasanya kemerahan yang terjadi pada kulit bayi timbul karena alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibu.
Misalnya, ibu terlalu banyak mengonsumsi produk susu sapi dan turunannya.
Atau, ada pula bayi yang mengalami alergi karena sang ibu mengonsumsi kacang-kacangan maupun seafood yang menyebabkan mereka alergi hingga kemerahan pada kulit.
Jika hal ini terjadi karena penyebab di atas, maka ibu perlu menghentikan konsumsi bahan-bahan makanan tersebut.
Nia mengatakan, ada tren saat ini, para ibu mengumpulkan stok ASI perah. Menyediakan stok ini belum tentu diperlukan.
"Ini tidak salah, tetapi bisa jadi belum tentu perlu. Karena sebenarnya tidak semua bayi perlu minum ASI perahan," ujar Nia.
Ibu rumah tangga yang selalu bersama anak sepanjang waktu dan tidak bekerja di luar rumah, misalnya, tidak perlu mengumpulkan ASI perah.
"Cukup susui saja si kecil karena tentunya menyusui itu lebih dari sekedar memberikan ASI," kata dia.
Sementara, bagi ibu yang tetap ingin menyediakan stok ASI perah, bisa melakukannya di sela waktu tidur si kecil.
Bagi ibu bekerja, bisa menyetok ASI perah pada masa cuti melahirkan.
Nia mengatakan, ada sejumlah tata cara dalam menyimpan ASIP:
1. ASI yang baru saja diperah
Jika disimpan di suhu ruangan, maka untuk kolostrum yang biasanya muncul pada hari ke-5 pada penyimpanan suhu kurang dari 25 derajat celcius bisa bertahan 12-24 jam.
Jika disimpan di lemari es, maka untuk kolostrum bisa disimpan selama 3-8 hari dengan suhu 0-4 derajat celcius.
Jika disimpan di freezer, maka untuk kolostrum bisa disimpan 2 minggu.