KOMPAS.com - Hari ini, 60 tahun yang lalu, Institut Teater Internasional dan berbagai komunitas teater internasional melahirkan Hari Teater Sedunia.
Semenjak saat itu, di setiap tanggal 27 Maret, berbagai komunitas teater seluruh dunia merayakan Hari Teater Sedunia dengan berbagai pementasan yang membawa pesan-pesan khusus terutamanya adalah soal perdamaian dunia.
Dicomot dari laman Britannica, teater atau theatre berasal dari bahasa Yunani theaomai yang memiliki arti melihat. Yang kemudian berkembang lagi menjadi theatron yang memiliki arti gedung pertunjukan.
Jika dilihat dari sejarah awal mulanya, teater adalah seni pertunjukan yang berasal dari masa silam, sekitar 2500 tahun yang lalu. Dimulai sejak zaman Athena klasik, sekitar abad ke-6 sebelum Masehi.
Di masa itu, teater muncul sebagai pertunjukkan ritual yang membutuhkan inisiasi yaitu dari penonton.
Aristoteles dalam Poetics, menyampaikan bahwa teater dan ritual sakral memiliki perbedaan. Teater tak mengharuskan penonton untuk berpuasa, berbaris dalam prosesi, atau melakukan ritual-ritual khusus lain.
Namun begitu, teater tetap membawa misi khusus layaknya ritual sakral, yaitu menyampaikan penyembuhan dan pemurnian melalui tontonan yang bertema.
Baca juga: Teater Tak Mati di Tengah Pandemi
Teater di masa ini hidup di antara para penyembah Dyonisus, dewa kesuburan dan anggur. Pertunjukan yang lebih berbau ritual persembahan ini dilakukan oleh pria dan wanita.
Meski isinya adalah ritual persembahan, namun laki-laki dan perempuan dalam pertunjukan ini membawakan sebuah drama bertema cerita mitos Yunani. Mereka berputar-putar, menari, juga menyanyi dengan lantang disaksikan oleh banyak penonton.
Kemudian suatu masa, ada pemuka ritual yang menggagas adanya dialog dalam ritual tersebut. Pemuka ritual itu, adalah aktor pertama dalam seni peran teater.
Ia pula yang mendapatkan ketenaran dalam penghargaan pertama di dunia teater di tahun 534 SM.
Baca juga: Perbedaan Drama dan Teater
Gelaran semacam festival teater pun jadi ajang rutin dalam konteks pemujaan kepada Dyonisus. Dilakukan di musim semi, festival itu akan memilih empat aktor yang akan ditandingkan.
Aeschylus, adalah tokoh di abad ke-5 sebelum masehi yang memperkenalkan munculnya aktor kedua dalam pertunjukan teater tragedi.
Aeschylus yang menulis 8 cerita teater tragedi ini sempat memenangkan penghargaan di tahun 484 SM.
Sedangkan Sophocles, yang memenangkan penghargaan di tahun 468 SM, adalah tokoh teater kuno yang menggagas hadirnya aktor ketiga dalam seni pertunjukan.