KOMPAS.com - Hari ini, 75 tahun lalu, atau tepatnya pada 24 Maret 1946, terjadi peristiwa Bandung Lautan Api.
Saat itu warga Bandung rela membakar kotanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa tersebut berawal dari datangnya Sekutu pada Oktober 1945 di Bandung.
Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Mengutip buku Bandung 1945-1946 (2019) karya Egi Azwul Fikri, peristiwa Bandung Lautan Api dilatarbelakangi beberapa hal.
Salah satunya tuntutan Brigade Mac Donald terhadap warga Bandung untuk menyerahkan semua senjata Jepang yang sudah dilucuti pemuda ke pihak Sekutu.
Selain itu juga karena:
Baca juga: Mengenang Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Peringatan Hari Pahlawan
Bandung dibagi menjadi dua wilayah untuk membangun markas Sekutu. Wilayah utara dikuasai Sekutu dan NICA, sedangkan wilayah selatan dikuasai oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan jalur rel kereta api sebagai batas wilayahnya.
Mengutip Kompas.com, 23 Maret 2021, satu hari sebelumnya, 23 Maret 1946, Nederlands Indies Civil Administration (NICA) dan Inggris mengultimatum TRI untuk mundur sejauh 11 kilometer dari pusat kota dalam waktu 24 jam.
Ultimatum diberikan dalam beberapa kali. Sebelumnya, pada 20 Desember 1945, ultimatum juga diberikan.
Baca juga: Tak Sembarangan, Ini Syarat Seseorang Bisa Dimakamkan di TMP Kalibata
Terdapat perbedaan dalam menanggapi ultimatum tersebut. Komandan Divisi III yang saat itu memimpin TRI, AH Nasution, menuruti perintah pemerintah pusat melalui Syarifuddin Prawiranegara untuk segera meninggalkan Kota Bandung.
Namun, Markas Besar Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang bertempat di Yogyakarta menginginkan Bandung dipertahankan, dijaga setiap jengkalnya, walaupun harus mengorbankan nyawa.
Keputusan diambil. Rakyat Bandung mundur, tapi TRI dan laskar-laskar tetap bertahan dan berjuang mempertahankan tanah Bandung Selatan. Tapi pada akhirnya tetap mengungsi karena keadaan tak memungkinkan melawan musuh.
Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Ini Profil Enam Tokoh Pahlawan Nasional Baru
Lalu keputusan meninggalkan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada hari itu juga yang dihadiri semua barisan perjuangan.
Sementara itu tindakan pembumihangusan diusulkan oleh Rukana yang saat itu menjabat sebagai Komandan Polisi Militer di Bandung.
Setelah keputusan disepakati, AH Nasution menginstruksikan agar rakyat segera meninggalkan Bandung. Mereka mengungsi ke berbagai daerah di sekitarnya.