KOMPAS.com - Letnan Jenderal (Purn) Sudharmono ialah Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1988-1993.
Ia menjadi wakil presiden keempat di masa orde baru, sekaligus menjadi wakil presiden kelima Republik Indonesia.
Sosok yang akrab disapa Pak Dar ini besar akibat perannya dalam mengembangkan partai terbesar di masanya, yaitu Golongan Karya (Golkar).
Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno
Bagaimana kiprah Sudharmono dalam dunia politik? Berikut profil beliau:
Sudharmono lahir pada 12 Maret 1927, di Gresik, Jawa Timur. Istrinya bernama Emma Norma. Ia dikaruniai tiga anak.
Ia bergabung dengan Divisi Ronggolawe saat zaman perang memperebutkan kemerdekaan, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sudharmono pun mendapat pangkat kapten.
Selepas perang, karier politik dan militernya dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di Akademi Hukum Militer. Ia lulus pada 1956.
Saat menempuh pendidikan, ia sudah aktif mengorganisir kegiatan yang disokong oleh yayasan-yayasan Soeharto.
Baca juga: Mengenang 24 Tahun Kepergian Ibu Tien Soeharto, seperti Apa Perjalanan Hidupnya?
Sudharmono dikenal rajin berolahraga. Dilansir dari arsip Perpustakaan Nasional (Perpusnas), laki-laki bertubuh ceking dan enerjik ini, tetap tampak bugar meski di usia tuanya.
Pemerintahan Soeharto menerapkan Dwi Fungsi ABRI, sehingga perangkat pejabatnya didominasi oleh militer.
Hal ini terbukti dalam pencalonan ketua umum Golkar pada masa Orde Baru, di mana pemimpin Golkar adalah orang yang berlatar belakang militer.
Dalam Factum, sebuah jurnal sejarah dan pendidikan sejarah, volume 7, nomor 2 (2018), menerbitkan kajian bertajuk Kiprah Sudharmono dalam Sejarah Golongan Karya.
Pada Musyawarah Nasional Golkar III (1983), dengan bantuan dan dukungan Soeharto, Sudharmono terpilih menjadi Ketua Golkar.
Baca juga: Mengapa Indonesia Tak Memiliki Partai Buruh?
Partai Golkar periode 1983-1988 pun ada di bawah pimpinan Sudharmono.
Jurnal tersebut meyebutkan bahwa Sudharmono dipilih sendiri oleh Soeharto karena merupakan orang terbaik keduanya serta mengetahui pemikiran Presiden Soeharto.
Golkar merupakan partai yang paling mendominasi politik Indonesia.
Pada pemilihan umum (Pemilu) 1997, partai dengan ciri khasnya yang berwarna kuning dan logo pohon beringin ini meraih total suara mencapai 72 persen.
Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Setelah berhasil menjadi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar, Sudharmono diberi tanggung jawab menjadi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg).
Pencapaian ini pun menjadikannya Mensesneg keempat di Indonesia. Periode jabatan Sudharmono, yaitu 8 April 1972 sampai 21 Maret 1988.
Selain itu, pada 1 Oktober 1982 sampai 19 Maret 1983, Sudharmono sempat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.
Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Adam Malik (1978-1983)
Pada Sidang Umum MPR Maret 1988 ada pembahasan mengenai pemilihan wakil presiden.
Muncul ketegangan dalam sidang tersebut karena peserta sidang terbagi menjadi dua kubu. Satu menjagokan Try Sutrisno, satunya lagi mengusung nama Sudharmono sebagai calon wakil presiden.
Sudharmono menyandang rangkap jabatan. Arsip Perpusnas menyebut statusnya sebagai Ketua Umum DPP Golkar termasuk unsur sipil (jalur G) dan birokrasi (jalur B).
Baca juga: Profil Presiden Keenam RI: Susilo Bambang Yudhoyono
Sementara Jenderal TNI Try Sutrisnoyang menjabat Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab), dijagokan Golongan Karya unsur militer (jalur A) yang dimotori Menkopolkam LB Moerdani.
Kubu yang menentang Sudharmono rata-rata keberatan karena meski menempuh pedidikan militer, Sudharmono jarang memimpin pasukan dan lebih banyak berurusan dengan birokrasi.
Perpusnas juga mencatat, sampai ada tuduhan bahwa Sudharmono terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mematahkan pengusulannya menjadi wakil presiden.
Untuk diketahui, selama pemerintahan Soeharto keberadaan atau cap PKI menjadi ketakutan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan genosida massal dan diskriminasi hak hanya karena perbedaan pandangan politik.
Maka, tuduhan PKI terhadap Sudharmono langsung dibantah. Sampai akhirnya, Presiden Soeharto pun menunjuk Sudharmono untuk dipilih MPR jadi wakil presiden.
Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri
Dilansir dari catatan Perpusnas, Sudharmono sempat terlibat dalam keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1988 (Supersemar).
Supersemar merupakan mandat yang diberikan oleh presiden pertama Indonesia Soekarno kepada Soeharto yang kala itu masih menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat.
Supersemar masih menjadi kontroversi sampai saat ini karena dilatarbelakangi gejolak setelah peristiwa Gerakan 30 September.
Pada 12 Maret 1966, Sudharmono mengetuai Tim Operasionil Pusat Gabungan-V Komando Operasi Tertinggi (Koti). Ia memerintahkan pengetikan naskah yang menyatakan PKI sebagai partai terlarang.
Baca juga: 5 Fakta Film G30S/PKI, dari Film Wajib Era Soeharto hingga Pecahkan Rekor Penonton
Di usia ke 78 tahun, ia sempat dirawat di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC), Kuningan, Jakarta selama dua minggu sejak 10 Januari 2006.
Kemudian, pada Rabu 25 Januari 2006, Sudharmono meninggal pukul 19.40 WIB.
Ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.
Upacara pemakamannya dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca juga: Tak Sembarangan, Ini Syarat Seseorang Bisa Dimakamkan di TMP Kalibata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.