Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Berisiko Memisahkan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Tengah Pandemi

Kompas.com - 16/03/2021, 20:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong agar ibu bayi dan bayi baru lahir tetap dapat berbagi di ruangan yang sama.

Hal ini supaya ibu bayi tetap bisa menyusui dan kontak dengan bayinya, bahkan ketika sang ibu dicurigai sebagai suspek Covid-19.

Meski demikian, perlakukan tersebut harus didukung dengan praktik pencegahan infeksi secara tepat.

Studi terbaru dari WHO dan mitra menunjukkan, pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perawatan kepada bayi prematur dan bayi baru lahir yang sakit.

Bahkan terhadap risiko kematian dapat terjadi kepada bayi yang baru terlahir dalam kondisi sakit dan prematur.

“Gangguan terhadap layanan kesehatan penting selama Covid-19 sangat mempengaruhi kualitas perawatan yang diberikan kepada beberapa bayi yang paling rentan, dan ini termasuk hak mereka untuk mendapatkan kontak penyelamatan yang mereka butuhkan dengan orang tua mereka,” kata Direktur Maternal, Kelahiran, Kesehatan dan Pertumbuhan Anak WHO Dr Anshu Banerjee, dilansir dari laman WHO, Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Minggu Ini, WHO Akan Umumkan Laporan Asal-Usul Virus Corona

Ada di satu ruangan

WHO menyarankan ibu bayi harus terus berbagi kamar dengan bayinya sejak lahir dan dapat menyusui serta melakukan kontak kulit.

Hal ini tetap berlaku meski status ibunya positif terinfeksi Covid-19, dalam pantauan, atau orang tanpa gejala (OTG).

"Lebih banyak perhatian diperlukan untuk memastikan praktisi kesehatan dan pembuat kebijakan secara global sadar akan kebutuhan untuk menjaga ibu dan bayi tetap bersama di masa-masa kritis ini, terutama untuk bayi yang lahir terlalu kecil atau terlalu dini," kata Direktur Kesehatan di Kementerian Kesehatan di Malawi, Queen Dube.

Model perawatan "ibu kangguru"

Selain satu ruangan, Dube juga menyarankan perawatan "Ibu Kangguru".

Perawatan "Ibu kangguru" adalah metode asuhan khusus bagi bayi baru lahir dengan berat yang rendah atau bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi.

“Perawatan "Ibu Kanguru" adalah salah satu cara kami yang paling hemat biaya untuk melindungi bayi baru lahir yang kecil dan sakit. Menurut analisis kami, risiko ini jauh lebih besar daripada kemungkinan kecil bayi yang baru lahir terkena penyakit parah akibat Covid-19," kata Dube.

Hal ini berguna untuk meningkatkan peluang kelangsungan hidup bayi prematur atau bayi dengan berat yang rendah, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana jumlah kelahiran prematur dan kematian bayi besar.

Sebanyak 125.000 nyawa bayi dapat diselamatkan dengan cakupan penuh perawatan "ibu kanguru".

Untuk bayi yang lahir prematur atau berat badan rendah, perawatan ibu kanguru dengan kontak langsung secara dini dan berkepanjangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com