Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut 1 dari 3 Perempuan di Dunia Pernah Mengalami Kekerasan

Kompas.com - 10/03/2021, 19:45 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan lembaga global lainnya mengumumkan data kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia, pada Selasa (9/3/2012).

Hasilnya, 1 dari 3 perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan.

Data ini dipaparkan dalam konferensi pers virtual WHO, pada Selasa pukul 22.21 WIB.

“Kekerasan terhadap perempuan mewabah di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan keluarga mereka, dan diperburuk oleh pandemi Covid-19,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi tersebut.

Baca juga: WHO: Orang yang Konsumsi Alkohol Lebih Berisiko Terinfeksi Covid-19

736 juta perempuan alami kekerasan

Terdapat sekitar 736 juta perempuan tercatat pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan atau kekerasan seksual dari non-pasangan. Ini merupakan pembaruan data yang dihimpun mulai 2000 sampai 2018.

Dari data terbaru yang disampaikan WHO, menyebutkan 1 dari 3 perempuan pernah mengalami kekerasan. Jumlah ini sebagian besar tetap tidak berubah selama satu dekade terakhir.

Kekerasan terhadap perempuan bahkan menyasar golongan usia yang dikategorikan muda.

Terdapat 1 dari 4 perempuan muda, dengan rentang usia 15 sampai 24 tahun pernah mengalami kekerasan, yang telah menjalin hubungan dan mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya pada saat mereka mencapai usia pertengahan 20-an.

Baca juga: WHO: Terlalu Dini Berpikir Pandemi Covid-19 Selesai Akhir 2021

Dampak pandemi

Dalam konferensi itu, hadir pula Direktur Eksekutif Wanita PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka.

WHO dan mitranya memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 telah semakin meningkatkan keterpaparan perempuan terhadap kekerasan, sebagai akibat dari tindakan seperti penguncian dan gangguan pada layanan dukungan vital.

"Kami tahu bahwa berbagai dampak Covid-19 telah memicu 'pandemi bayangan' dari segala jenis kekerasan yang dilaporkan terhadap wanita dan anak perempuan," kata PBB Phumzile.

Ia berharap pemerintah di berbagai negara dapat mengambil langkah proaktif untuk mengatasi tingginya angka kekerasan terhadap perempuan.

Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Bisa Jadi Penyakit Endemik, Ini Bedanya dengan Epidemi, dan Pandemi

Penyebab kekerasan

Kekerasan terhadap perempuan lebih rentan terjadi di negara berpenghasilan rendah atau menengah ke bawah.

WHO menyebutkan, sekitar 37 persen perempuan yang tinggal di negara miskin pernah mengalami kekerasan.

Mereka mengalami kekerasan fisik dan seksual dari pasangan mereka. Beberapa negara bahkan memiliki prevalensi sampai 1 dari 2 perempuan mengalami kekerasan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com