Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masuk Negara Paling Dermawan Sedunia, Ternyata Ini Alasannya

Kompas.com - 09/03/2021, 19:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan tahunan World Giving Index (WGI) edisi ke-10 menempatkan Indonesia di peringkat 10 negara paling dermawan di dunia.

Dalam laporan yang disusun oleh Charities Aid Foundation itu, Indonesia mendapat skor 50 dari tiga aspek penilaian perilaku dermawan.

Skor tersebut dari tiga aspek penilaian, yakni membantu orang asing (42 persen), menyumbangkan uang ke lembaga amal (69 persen), dan mengikuti kegiatan amal secara sukarela (40 persen).

Mengapa Indonesia bisa masuk dalam daftar negara paling dermawan sedunia? Ternyata ini begini alasannya menurut pandangan ahli:

Baca juga: Indonesia Masuk 10 Besar Negara Paling Dermawan Sedunia

Tingginya rasa peduli masyarakat

Dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Nurhadi mengatakan, perilaku dermawan tidak memiliki korelasi dengan kemakmuran.

"Bukan soal makmur dan tidak makmur persoalannya, tapi itu soal modal sosial yang kita miliki," kata Nurhadi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/3/2021).

Menurut Nurhadi, masyarakat Indonesia memiliki modal sosial yang cukup bagus, yakni tingkat kepedulian yang tinggi terhadap nasib orang lain.

"Ada akar kultural dalam kaitan dengan kedermawanan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia ini kan sebenarnya masih berada dalam masa transisi dari masyarakat yang pra-industri, sekarang industri, dan bahkan pasca-industri," ujar Nurhadi.

Nurhadi mengatakan, transisi masyarakat itu masih menyisakan jejak-jejak kultural dari masa lampau, salah satunya adalah kepedulian terhadap nasib sesama masyarakat yang diwujudkan dalam sikap kedermawanan.

Baca juga: Mengintip Sarang Walet yang Harganya Tembus Jutaan Rupiah per Kg

Berbagi adalah budaya masyarakat

Nurhadi mengatakan, perilaku dermawan juga merupakan cara yang dilakukan oleh individu untuk dapat diterima sebagai bagian dari suatu masyarakat.

"Kedermawanan itu bersifat kultural sekaligus sosial. Dia mengikat masyarakat di dalam satu perasaan bersama dan kemudian muncul solidaritas yang membuat masyarakat semakin erat satu sama lain," kata Nurhadi.

Selain agar dapat diterima dalam masyarakat, dengan berderma diharapkan mendapatkan penghargaan dari orang lain.

"Tidak hanya semasa orang itu hidup, bahkan orang dermawan, yang dikenal dermawan dia akan tetap dikenal setelah dia meninggal," kata Nurhadi.

"Hal-hal semacam itu diharapkan oleh masyarakat Indonesia. Ya karena ada faktor agama juga, dan faktor kultural tadi," imbuhnya.

Pada masyarakat Indonesia, ada sebuah ungkapan cukup terkenal dalam hubungan bermasyarakat, yaitu "pagar mangkok lebih kuat dari pagar besi".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com