Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ada Hari Tanpa Bayangan? Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 28/02/2021, 19:37 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Hari Tanpa Bayangan di negara atau belaha bumi lain, misalnya di Mekkah. Hendra mengatakan, salah satu manfaat kulminasi ialah menentukan arah kiblat.

"Contoh di luar negeri yang selalu digunakan oleh umat muslim Indonesia, untuk ukur arah kiblat secara alami adalah hari tanpa bayangan di Mekkah yang terjadi tiap tahun pada tgl 27 Mei dan 15 Juli," ujar Hendra.

Adapun untuk wilayah yang tidak pernah merasakan kulminasi, misalnya di kutub.

"Di kutub enggak mengalami, karena di sana juga Matahari enggak terlihat," kata Hendra.

Wilayah lain juga tidak dapat merasakan, jika saat jadwal kulminasi ternyata sinar matahari tak sampai ke permukaan bumi. Bisa karena diguyur hujan, salju, atau mendung.

Kulminasi di Indonesia

Indonesia berada di sekitar ekuator, atau garis lintang bumi pada not derajat. Saat kulminasi terjadi, matahari berada di khatulistiwa.

Hendra mengatakan, posisi ini membuat Indonesia mengalami Hari Tanpa Bayangan sebanyak dua kali dalam setahun di wilayah berbeda.

"Setiap tahun terjadi 2 kali. Di Indonesia karena beda lokasinya, itu kalau yang pertama sekitar bulan Februari, Maret, April. Kemudian nanti sekitar bulan Mei, Juni. Dua kali," jelas Hendra.

Fenomena ini menjadi bahan pengamatan BMKG sepanjang tahun. Seperti Hari Tanpa Bayangan yang baru-baru ini terjadi di DI Yogyakarta, Denpasar, dan Mataram.

"Kami BMKG sudah mengamati, seperti yang terjadi di Denpasar, Mataram juga begitu. Jadi benda gak ada bayangannya," imbuh Hendra.

Berikut kumpulan foto BMKG saat menangkap fenomena Hari Tanpa Bayangan di beberapa wilayah di Indonesia:

1. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di DI Yogyakarta pada Minggu (28/2/2021) pukul 11.51 WIB.

2. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.32 WITA.

Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul12.32 WITA.Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul12.32 WITA.

3. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.

Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.
Fenomena kulminasi terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Hanya saja tanggal dan jamnya berbeda-beda.

"Di Indonesia, semua wiayah harusnya mengalami. Kalau mau lihat lengkapnya ada di BMKG. Lengkaplah kota-kotanya," kata Hendra.

Adapun untuk melihat jadwal Hari Tanpa Bayangan di kota atau kabupaten masing-masing, dapat mengakses laman BMKG melalui tautan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com