Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ada Hari Tanpa Bayangan? Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 28/02/2021, 19:37 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena unik yang terjadi setiap tahun di Indonesia.

Mengapa disebut Hari Tanpa Bayangan?

Jawabannya, karena pada saat terjadi di suatu tempat, seluruh benda di permukaan bumi tampak tak memiliki bayangan. Fenomena ini juga dikenal dengan istilah kulminasi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat perkiraan terjadinya Hari Tanpa Bayangan di Indonesia yang terjadi sepanjang 2021.

Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin, menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena biasa yang terjadi setiap tahun.

"Hanya fenomena alam biasa yang menarik," kata Hendra, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/2/2021).

Baca juga: Jadwal Hari Tanpa Bayangan 2021 di 34 Ibu Kota Provinsi di Indonesia

Mengapa bisa terjadi?

Saat kulminasi atau Hari Tanpa Bayangan, posisi matahari tepat berada di atas manusia atau benda lain di permukaan bumi.

Akibatnya, bayangan akan jatuh tegak lurus karena bertumpu pada benda itu sendiri. Orang-orang membahasakannya menjadi bayangan yang hilang atau tanpa bayangan.

Hendra menjelaskan, kulminasi terjadi akibat rotasi dan revolusi bumi.

"Karena rotasi dan revolusi bumi. Jadi perputaran bumi yang miring sekitar 23,5 derajat di Lintang Utara dan Lintang Selatan. Karena perbedaan itu sehingga di Indonesia semua daerah akan mengalami Kulminasi," kata Hendra.

Posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun, antara 23,5 derajat Lintang Utara dan 23,5 derajat Lintang Selatan.

Durasi kulminasi pun hanya sebentar. Hendra menjelaskan, fenomena ini hanya bertahan antara 3 sampai 5 menit saja.

"Rata-rata 3 sampai 5 menit," kata dia.

Baca juga: Yogyakarta Alami Hari Tanpa Bayangan Siang Ini, Berikut Jadwal di Daerah Lain

Kejadian di belahan bumi lain

Hendra menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan bisa saja terjadi di belahan bumi lain. Yang membedakan hanyalah waktu dan intensitas cahaya matahari di masing-masing wilayah.

"Di semua belahan bumi terjadi, hanya waktunya yang berbeda," kata dia.

Hari Tanpa Bayangan di negara atau belaha bumi lain, misalnya di Mekkah. Hendra mengatakan, salah satu manfaat kulminasi ialah menentukan arah kiblat.

"Contoh di luar negeri yang selalu digunakan oleh umat muslim Indonesia, untuk ukur arah kiblat secara alami adalah hari tanpa bayangan di Mekkah yang terjadi tiap tahun pada tgl 27 Mei dan 15 Juli," ujar Hendra.

Adapun untuk wilayah yang tidak pernah merasakan kulminasi, misalnya di kutub.

"Di kutub enggak mengalami, karena di sana juga Matahari enggak terlihat," kata Hendra.

Wilayah lain juga tidak dapat merasakan, jika saat jadwal kulminasi ternyata sinar matahari tak sampai ke permukaan bumi. Bisa karena diguyur hujan, salju, atau mendung.

Kulminasi di Indonesia

Indonesia berada di sekitar ekuator, atau garis lintang bumi pada not derajat. Saat kulminasi terjadi, matahari berada di khatulistiwa.

Hendra mengatakan, posisi ini membuat Indonesia mengalami Hari Tanpa Bayangan sebanyak dua kali dalam setahun di wilayah berbeda.

"Setiap tahun terjadi 2 kali. Di Indonesia karena beda lokasinya, itu kalau yang pertama sekitar bulan Februari, Maret, April. Kemudian nanti sekitar bulan Mei, Juni. Dua kali," jelas Hendra.

Fenomena ini menjadi bahan pengamatan BMKG sepanjang tahun. Seperti Hari Tanpa Bayangan yang baru-baru ini terjadi di DI Yogyakarta, Denpasar, dan Mataram.

"Kami BMKG sudah mengamati, seperti yang terjadi di Denpasar, Mataram juga begitu. Jadi benda gak ada bayangannya," imbuh Hendra.

Berikut kumpulan foto BMKG saat menangkap fenomena Hari Tanpa Bayangan di beberapa wilayah di Indonesia:

1. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di DI Yogyakarta pada Minggu (28/2/2021) pukul 11.51 WIB.

Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di DI Yogyakarta pada Minggu (28/2/2021) pukul 11.51 WIB.Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di DI Yogyakarta pada Minggu (28/2/2021) pukul 11.51 WIB.

2. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.32 WITA.

Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul12.32 WITA.Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Denpasar, Bali pada Jumat (26/2/2021) pukul12.32 WITA.

3. Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.

Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Jumat (26/2/2021) pukul 12.28 WITA.
Fenomena kulminasi terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Hanya saja tanggal dan jamnya berbeda-beda.

"Di Indonesia, semua wiayah harusnya mengalami. Kalau mau lihat lengkapnya ada di BMKG. Lengkaplah kota-kotanya," kata Hendra.

Adapun untuk melihat jadwal Hari Tanpa Bayangan di kota atau kabupaten masing-masing, dapat mengakses laman BMKG melalui tautan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi 2 Lansia Ibu dan Anak Meninggal di dalam Rumah di Jakarta Selatan

Kronologi 2 Lansia Ibu dan Anak Meninggal di dalam Rumah di Jakarta Selatan

Tren
Terakhir Besok, Berikut Cara Lapor SPT Tahunan secara Online Via E-Filing

Terakhir Besok, Berikut Cara Lapor SPT Tahunan secara Online Via E-Filing

Tren
Korea Utara Menyensor Video Seorang Presenter yang Berkebun Pakai Celana Jeans

Korea Utara Menyensor Video Seorang Presenter yang Berkebun Pakai Celana Jeans

Tren
Daftar 74 Perguruan Tinggi yang Menjadi Pusat UTBK SNBT 2024, Mana Saja?

Daftar 74 Perguruan Tinggi yang Menjadi Pusat UTBK SNBT 2024, Mana Saja?

Tren
Daftar Urutan Film Godzilla, Terbaru 'Godzilla x Kong: The New Empire'

Daftar Urutan Film Godzilla, Terbaru "Godzilla x Kong: The New Empire"

Tren
10 Tanaman yang Berbahaya bagi Anjing Peliharaan, Ada Tulip dan Lidah Buaya

10 Tanaman yang Berbahaya bagi Anjing Peliharaan, Ada Tulip dan Lidah Buaya

Tren
Komite HAM PBB Soroti Pencalonan Gibran di Pilpres 2024

Komite HAM PBB Soroti Pencalonan Gibran di Pilpres 2024

Tren
Pemudik Meninggal Diduga Keracunan AC Mobil, Apa Tandanya Pendingin Sudah Rusak?

Pemudik Meninggal Diduga Keracunan AC Mobil, Apa Tandanya Pendingin Sudah Rusak?

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Makan Almond Setiap Hari?

Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Makan Almond Setiap Hari?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah di Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30-31 Maret 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah di Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30-31 Maret 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi Penculikan dan Pemerasan Penumpang GrabCar, Unair Buka Suara soal Plagiat Tugas

[POPULER TREN] Kronologi Penculikan dan Pemerasan Penumpang GrabCar, Unair Buka Suara soal Plagiat Tugas

Tren
Pintu Kayu di Film Titanic Dilelang dan Laku Rp 11 Miliar, Apa Spesialnya?

Pintu Kayu di Film Titanic Dilelang dan Laku Rp 11 Miliar, Apa Spesialnya?

Tren
Capai Rp 271 Triliun, Berikut Rincian Penghitungan Kasus Korupsi Timah di Bangka Belitung

Capai Rp 271 Triliun, Berikut Rincian Penghitungan Kasus Korupsi Timah di Bangka Belitung

Tren
Beredar Kabar Dugaan Calo Tiket Mudik dari Pejabat KAI, Ini Kata KAI

Beredar Kabar Dugaan Calo Tiket Mudik dari Pejabat KAI, Ini Kata KAI

Tren
10 Negara Terkuat di Dunia 2024, Amerika Serikat Masih Kokoh di Puncak

10 Negara Terkuat di Dunia 2024, Amerika Serikat Masih Kokoh di Puncak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com