KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, mengkritik distribusi vaksin Covid-19 dalam pertemuan tingkat tinggi PBB, Rabu (17/2/2021).
Ia menyatakan bahwa distribusi vaksin dinilai sangat tidak merata dan tidak adil. PBB mencatat terdapat 130 negara yang belum menerima satu dosis pun vaksin Covid-19.
"Pada saat kritis ini, keadialn vaksin adalah ujian moral terbesar di hadapan komunitas global," kata Guterres, dilansir dari The Guardian, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Jokowi: Vaksin yang Ada di Dunia Ini Menjadi Rebutan 215 Negara
Progress on #COVID19 vaccinations has been wildly uneven & unfair.
The world urgently needs a Global Vaccination Plan to bring together all those with the required power, expertise & production capacities.
I am ready to mobilize the full @UN System in support of this effort. pic.twitter.com/YSp8JIBIx2
— António Guterres (@antonioguterres) February 17, 2021
Guterres menyerukan rencana vaksinasi global untuk menyatukan kekuatan demi memastikan distribusi vaksin yang adil.
Masih dari The Guardian, Ia meminta negara dengan kekuatan ekonomi utama dunia yang tergabung dalam G20, membentuk gugus tugas darurat untuk membuat rencana dan mengoordinasikan pelaksanaan dan pembiayaannya.
Satuan tugas ini harus memiliki kapasitas untuk memobilisasi perusahaan farmasi dan pelaku industri dan logistik utama.
Dalam pertemuan PBB, Jumat (19/2/2021), Guterres meminta 7 negara industri utama untuk memobilisasi sumber daya keuangan yang diperlukan. Ketujuh negara tersebut di antaranya Amerika Serikat (AS), Jerman, Jepang, Inggris, Perancis, Kanada, dan Italia.
Baca juga: Update Covid-19 di Dunia 20 Februari: 111 Juta Orang Positif | Italia Selidiki Dugaan Vaksin Palsu
Guterres menyatakan, 10 negara yang telah mencapai 75 persen dari pasokan vaksin Covid-19 yang tersedia di dunia. Sementara negara lainnya sama sekali belum mendapat vaksin dosis pertama.
Sekitar 188 juta dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia, menurut database digital Our World in Data. Puluhan juta dari dosis tersebut telah diberikan ke Amerika Serikat, Cina, Inggris, dan Israel.
Untuk menanggulangi kesenjangan distribusi vaksin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat program Covax, sebuah proyek untuk membeli dan mengirimkan vaksin virus corona untuk negara termiskin di dunia, telah gagal mencapai tujuannya.
Dilansir dari CNN, program Covax sedang dijalankan untuk mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke negara-negara di bagian selatan dunia. WHO mengatakan Covax membutuhkan dana mencapai 5 miliar dollar AS pada 2021.
Baca juga: Pfizer-BioNTech Mulai Uji Coba Vaksin Covid-19 pada Wanita Hamil
Menaggapi permasalahan distribusi dan pendanaan vaksin, beberapa negara memberikan kontribusi dan sumbangsihnya. Seperti yang dilakukan oleh negara berikut:
1. Amerika Serikat
Setelah pengangkatannya, Presiden Joe Biden memutuskan bahwa AS kembali bergabung dengan WHO.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa pemerintahan Biden akan bekerja dengan mitranya di seluruh dunia untuk memperluas kapasitas produksi dan distribusi serta untuk meningkatkan akses vaksinasi Covid-19, termasuk untuk populasi yang terpinggirkan.