Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Tata Kota, Izin Lahan, dan Maraknya Banjir di Indonesia...

Kompas.com - 20/01/2021, 08:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia dilanda banjir selama beberapa hari terakhir.

Selain banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang cukup parah, banjir dan tanah longsor juga menerjang kawasan puncak Bogor, Jawa Barat, Kabupaten Pekalongan di Jawa Tengah, Kota Malang di Jawa Timur dan sejumlah daerah lainnya.

Banjir di sejumlah wilayah Indonesia tersebut disebutkan terjadi karena intensitas hujan yang cukup tinggi dan cuaca yang ekstrem.

Baca juga: Banjir Kalsel, Meluasnya Lahan Sawit, dan Masifnya Pertambangan...

Kendati demikian, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya (Unibraw) Kartika Eka Sari menjelaskan mengenai pengaruh tata kota terhadap banjir di suatu wilayah.

Drainase adalah solusi kuno

Salah satu tata kota yang berpengaruh terhadap banjir ialah rekayasa teknis infrastruktur perkotaan dan drainase, tetapi Kartika berpendapat bahwa solusi ini sudah kuno.

Setiap tahun selalu ada banjir di kota-kota tertentu. Titik dan ketinggiannya pun semakin bertambah, maka solusinya perlu diperbarui.

"Mindset orang zaman dulu menyelesaikan banjir itu mengalirkan air di saluran, dengan aman sampai ke sungai. Ini harus diganti. Air itu jangan dialirkan saja tapi diresapkan, jadi tidak diberi kesempatan untuk mengalir di atas tanah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/1/2021).

Baca juga: Melihat Cara Belanda Mengatasi Banjir...

Dampak tata kota yang buruk

Dua orang warga mendorong sepeda motornya yang mogok saat melintasi banjir di Kampung Lalang, Jalan Medan - Binjai. Banjir terjadi di sejumlah titik di Kota Medan dan sekitarnya sejak Jumat (4/12/2020) dini hari.KOMPAS.COM/DEWANTORO Dua orang warga mendorong sepeda motornya yang mogok saat melintasi banjir di Kampung Lalang, Jalan Medan - Binjai. Banjir terjadi di sejumlah titik di Kota Medan dan sekitarnya sejak Jumat (4/12/2020) dini hari.

Tata kota yang buruk tidak hanya menyebabkan maraknya banjir, tetapi juga menimbulkan dampak jangka panjang, yaitu perubahan iklim.

"Jangka panjangnya, tata kota yang jelek itu ke perubahan iklim," terang Kartika.

Kartika memberi contoh mengenai sistem transportasi yang buruk pada suatu kota, sehingga menimbulkan kemacetan. Emisi kendaraan akan mempengaruhi udara.

"Itu yang jadi akar perubahan iklim. Termasuk juga pengelolaan air bersih," katanya.

Baca juga: Terapkan PSBB Transisi, Mengapa Kondisi Jalanan Jakarta Macet?

Bila air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, maka juga berimbas pada pasokan air bersih dan sanitasi.

"Kondisi pandemi begini butuh air bersih yang banyak. Orang cuci tangan juga butuh saluran buangan air yang mencukupi juga. Tidak cuma dibuang begitu saja karena ada detergennya," tambah Kartika.

Baca juga: Pengungsi Banjir di Martapura, Kalsel: Kami Butuh Pakaian dan Obat-Obatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com