Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update BMKG soal Situasi Kegempaan Terkini di Majene-Mamuju

Kompas.com - 17/01/2021, 15:27 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proses pencarian korban gempa Majene-Mamuju, Sulawesi Barat, masih terus berlangsung.

Seperti diberitakan sebelumnya, gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang wilayah itu pada Jumat (15/1/2021) dini hari waktu setempat.

Berdasarkan data Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total ada 56 korban meninggal dunia hingga Sabtu (16/1/2021).

Rinciannya, 47 korban di Kabupaten Mamuju dan 9 lainnya di Kabupaten Majene.

Bagaimana analisis terkini BMKG soal catatan gempa di sana?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, tercatat ada 28 gempa susulan sejauh ini.

"Kalau dihitung sejak event Kamis 14 Januari, maka ada 34 sejak gempa pembuka. Tapi kalau dari gempa utama maka 28 kali," kata Daryono kepada Kompas.com, Minggu (17/1/2021).

Menurut dia, angka itu sangat kecil dan tak seperti biasanya.

Baca juga: UPDATE Gempa Sulbar: 56 Orang Meninggal, Jalur Darat Majene-Mamuju Sudah Pulih

Dibandingkan Gempa Pidie Jaya bermagnitudo 6,5 M 2016, misalnya, gempa susulan mencapai hampir seratus pada hari ketiga.

Sejauh ini, gempa susulan yang terekam bermagnitudo fluktuatif di bawah magnitudo 5.

Daryono menjelaskan, minimnya gempa susulan ini kemungkinan karena proses rekahan di bidang patahan berlangsung mulus.

Ia berharap bahwa kondisi tersebut menjadi indikasi baik selanjutnya.

"Semoga dengan kondisi gempa yang miskin susulan ditambah data proses rekahan di bidang patahan yang berlangsung mulus menjadi indikasi baik ke depan," ujar Daryono.

Meski demikian, Daryono meminta agar masyarakat tetap tenang dan waspada dengan adanya potensi gempa susulan lainnya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5.0 Berpusat di Majene, Tidak Berpotensi Tsunami

Daryono juga menolak berkomentar lebih jauh terkait isu adanya potensi gempa besar, likuifaksi, dan tsunami yang banyak beredar.

Dalam pantauan Kompas.com, salah satu isu yang berembus adalah adanya perintah untuk meninggalkan wilayah Mamuju karena akan ada bencana besar melebihi Palu.

Menurut Daryono, penanganan yang dibutuhkan untuk kondisi saat ini hanya konsep evakuasi, bukan eksodus.

"Misal rumah sudah rusak atau retak maka perlu evakuasi ke tempat evakuasi yg lebih aman atau jika ada gempa kuat di pantai dianjurkan evakausi menjauh dari pantai," ujar dia.

"Ini evakuasi mandiri, dengan menjadikan gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Jadi segera menjauh dari pantai, bukan eksodus," kata Darono.

Baca juga: Analisis BMKG soal Pemicu Gempa Majene dan Potensi Gempa Susulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com