Para peneliti juga menggunakan gambar MRI untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan otak, termasuk olfactory bulb, area pada tubuh yang terlibat dalam indera penciuman, karena hilangnya penciuman dikenal sebagai gejala Covid-19.
Wilayah otak lain yang diperiksa adalah batang otak.
Ini mempunyai fungsi mengatur kebiasaan tidur dan makan, serta mengontrol detak jantung dan laju pernapasan.
Para peneliti menggunakan metode pewarnaan yang disebut imunohistokimia, memungkinkan visualisasi protein di dalam sel dan jaringan.
Baca juga: Simak, Ini 15 Makanan yang Sebaiknya Dihindari agar Sistem Imun Kuat
Dari 19 sampel jaringan otak, 13 dicitrakan, dan 10 di antaranya menunjukkan anomali otak.
Sementara itu, analisis lebih lanjut menunjukkan adanya kerusakan pembuluh darah.
Pada 9 pasien, terdapat lesi yang menunjukkan cedera pembuluh otak yang bocor. Terdapat pula tanda-tanda protein darah bocor atau fibrinogen di otak.
Baca juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19
Para penulis mengatakan, ini menjadi bukti peradangan yang muncul dari sistem kekebalan yang terlalu aktif melawan infeksi.
Sedangkan, pada 10 pasien, gambar MRI-nya memperlihatkan hipointensitas yang sesuai dengan pembuluh darah yang tersumbat dan akumulasi fibrinogen di sekitar area itu.
"Hasil kami menunjukkan, ini mungkin disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus," kata Direktur Klinis NINDS di National Institutes of Health (NIH) dan penulis senior studi Dr Avindra Nath.
Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai