Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Sanjay Mishra, Study Coordinator di Vanderbilt University mengatakan, banyak publikasi menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 menyebabkan antibodi terhadap protein spike virus.
“Karena itu, dapat diasumsikan dengan aman bahwa vaksinasi dengan protein spike virus juga akan mengarahkan antibodi hanya terhadap protein spike yang ditargetkan dan bukan yang lain,” kata Mishra dilansir AFP.
Profesor di University of Leipzig Annette Beck-Sickinger juga menegaskan bahwa klaim syncytin yang beredar di media sosial tidak benar.
Juru bicara Pfizer Dervila Keane menegaskan, tidak ada data yang menunjukkan bahwa kandidat vaksin Pfizer BioNTech menyebabkan kemandulan.
Ia menjelaskan ada anggapan yang salah bahwa vaksin Covid-19 akan menyebabkan kemandulan karena urutan asam amino yang sangat pendek dalam protein spike virus SARS-CoV-2 yang dibagi dengan protein plasenta, syncytin-1.
“Bagaimanapun, urutannya terlalu pendek - empat asam amino yang sama - untuk menimbulkan autoimunitas. Selain itu, kohort yang membandingkan hasil kehamilan dengan dan tanpa infeksi SARS-CoV-2 yang kambuh tidak menunjukkan perbedaan hasil," ujarnya.
Dokumen Food and Drug Administration (FDA) AS mengenai vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech menyatakan frekuensi efek samping yang serius rendah, yakni <0,5%.
Dikutip dari Kompas.com, Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut vaksin yang dikembangkan Pfizer memiliki sejumlah efek samping seperti sakit pada bagian lengan dan demam.
Namun, Hunter menyebut efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi. Sementara, Pfizer menyebutkan ada sederet efek samping yang dialami para relawannya selepas menerima suntikan vaksin atau plasebo, dari ringan hingga sedang.
Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot. Sebagian partisipan lain mengalami demam, termasuk demam tinggi.
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer dapat mengakibatkan kemandulan pada wanita tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.