Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Vaksin Covid-19 Pfizer Bisa Menyebabkan Wanita Mandul

Kompas.com - 10/12/2020, 11:28 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar klaim di media sosial bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer dapat mengakibatkan kemandulan pada wanita.

Ketika vaksin bekerja, tubuh wanita akan dilatih untuk menyerang syncytin-1 yang dapat menyebabkan kemandulan. Protein spike syncytin-1 penting untuk pembentukan plasenta manusia pada wanita.

Sejumlah ahli menepis klaim tersebut. Ahli menegaskan vaksin Covid-19 yang mengandalkan mRNA seperti yang dikembangkan Pfizer tidak mengandung syncytin-1. 

Pfizer juga menegaskan bahwa tidak ada data yang menunjukkan bahwa vaksin Pfizer BioNTech dapat menyebabkan kemandulan.

Narasi yang Beredar

Beberapa akun Facebook mengedarkan status soal vaksin Covid-19 Pfizer adalah sterilisasi pada wanita. Klaim ini ada di akun ini, ini, dan ini.

Informasi ini muncul dari artikel di sebuah situs. Tautan artikel ini ada di dalam sejumlah akun Facebook, salah satunya Dawn Dean, yang mengunggah tangkapan layar isi artikel.

Artikel erjudul "Head of Pfizer Research: Covid Vaccine is Female Sterilization" yang tayang pada 2 Desember 2020 itu dikaitkan dengan mantan wakil presiden dan chief science officer Pfizer, Dr. Mike Yeadon.

Artikel tersebut menyebut bahwa vaksin Pfizer mengandung protein lonjakan (spike protein) yang disebut syncytin-1, yang penting untuk pembentukan plasenta manusia pada wanita.

"Jika vaksin bekerja sehingga kita membentuk respon imun terhadap protein spike, kita juga melatih tubuh wanita untuk menyerang syncytin-1 yang dapat menyebabkan infertilitas pada wanita dalam durasi yang tidak ditentukan," tulis artikel itu.

Status Facebook hoaks tentang vaksin Covid-19 Pfizer adalah sterilisasi pada perempuan. Facebook Status Facebook hoaks tentang vaksin Covid-19 Pfizer adalah sterilisasi pada perempuan.

Artikel juga memuat petisi yang diajukan Yeadon dan dokter Jerman Wolfgang Wodarg kepada European Medicines Agency. Isinya, tuntutan agar uji klinis vaksin Pfizer dihentikan di Uni Eropa hingga data keamanan dan kemanjuran lebih lanjut diberikan.

Penjelasan

Sejumlah ahli mengatakan tidak ada bukti bahwa vaksin Pfizer mengakibatkan sterilisasi pada wanita.

Dilansir dari AP, Ketua Department of Molecular and Cellular Biochemistry University of Kentucky Rebecca Dutch mengatakan, meskipun syncytin-1 dan protein spike memiliki beberapa fitur yang sama, rincian yang dikenali oleh antibodi sangat berbeda.

Menurutnya, selain fakta bahwa protein lonjakan Covid-19 dan syncytin-1 adalah protein fusi virus yang menyebabkan fusi membran, keduanya tidak terkait sama sekali.

Selain itu, vaksin yang dikembangkan Moderna, seperti yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech, mengandalkan mRNA. mRNA memberi tahu tubuh cara membuat protein spike dan melatih sistem kekebalan untuk mengidentifikasi virus yang sebenarnya. Mereka tidak mengandung syncytin-1.

Jacob Yount, profesor di Department of Microbial Infection and Immunity di Ohio State University College of Medicine mengatakan, vaksin Covid tidak mengandung protein syncytin-1 atau mRNA yang menyandi syncytin-1. Yount mempelajari protein syncytin serta SARS-CoV-2.

Sanjay Mishra, Study Coordinator di Vanderbilt University mengatakan, banyak publikasi menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 menyebabkan antibodi terhadap protein spike virus.

“Karena itu, dapat diasumsikan dengan aman bahwa vaksinasi dengan protein spike virus juga akan mengarahkan antibodi hanya terhadap protein spike yang ditargetkan dan bukan yang lain,” kata Mishra dilansir AFP.

Profesor di University of Leipzig Annette Beck-Sickinger juga menegaskan bahwa klaim syncytin yang beredar di media sosial tidak benar.

Juru bicara Pfizer Dervila Keane menegaskan, tidak ada data yang menunjukkan bahwa kandidat vaksin Pfizer BioNTech menyebabkan kemandulan.

Ia menjelaskan ada anggapan yang salah bahwa vaksin Covid-19 akan menyebabkan kemandulan karena urutan asam amino yang sangat pendek dalam protein spike virus SARS-CoV-2 yang dibagi dengan protein plasenta, syncytin-1.

“Bagaimanapun, urutannya terlalu pendek - empat asam amino yang sama - untuk menimbulkan autoimunitas. Selain itu, kohort yang membandingkan hasil kehamilan dengan dan tanpa infeksi SARS-CoV-2 yang kambuh tidak menunjukkan perbedaan hasil," ujarnya.

Dokumen Food and Drug Administration (FDA) AS mengenai vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech menyatakan frekuensi efek samping yang serius rendah, yakni <0,5%.

Dikutip dari Kompas.com, Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut vaksin yang dikembangkan Pfizer memiliki sejumlah efek samping seperti sakit pada bagian lengan dan demam.

Namun, Hunter menyebut efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi. Sementara, Pfizer menyebutkan ada sederet efek samping yang dialami para relawannya selepas menerima suntikan vaksin atau plasebo, dari ringan hingga sedang.

Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot. Sebagian partisipan lain mengalami demam, termasuk demam tinggi.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer dapat mengakibatkan kemandulan pada wanita tidak benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com