Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Cuaca Ekstrem, Perubahan Iklim dan Badai yang Semakin Kuat

Kompas.com - 22/11/2020, 14:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Awal bulan ini, badai melanda Nikaragua dan bergerak melintasi Amerika Tengah. Akibatnya, puluhan orang dikabarkan meninggal dunia.

Di Asia Tenggara, badai berkecapatan 310 kilometer per jam juga sempat melanda Filipina dan menghancurkan rumah di sekitar Ibu Kota Manila.

Badai merupakan contoh lain bagaimana cuaca ekstrem menjadi sangat biasa saat perubahan iklim.

Begitu banyak badai terbentuk di atas Samudera Atlantik musim ini, sehingga Organisasi Meteorologi Dunia menghabiskan daftar nama badai yang memuat 21 nama untuk kedua kalinya dalam sejarah.

Lantas, bagaimana perubahan iklim mempengaruhi badai?

Baca juga: Waspada, Ini 28 Wilayah yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Seminggu ke Depan

Pengaruh perubahan iklim

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal PNAS pada Mei 2020, Bumi setiap tahun dilanda sekitar 86 siklon tropis dan terjadi secara konsisten selama empat dekade terakhir.

Di saat para ilmuwan memperkirakan jumlah siklon mungkin turun karena perubahan kondisi lain, siklon yang terbentuk justru akan lebih kuat.

Dikutip dari DW, 6 November 2020, hal ini bisa dijelaskan dengan fisika sederhana.

Udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan. Untuk setiap 1 derajat celcius atmosfer yang menghangat, udara akan menahan sekitar 7 persen lebih banyak air.

Dengan kondisi suhu Bumi yang semakin panas, kita telah menempatkan lebih banyak air di udara.

Itu sangat berpengaruh pada siklon tropis karena didukung oleh udara laut yang hangat dan lembab, seperti badai di Amerika Tengah dan Filipina baru-baru ini.

Baca juga: Mengenal Perubahan Iklim, Cara Mengetahui, dan Dampaknya bagi Manusia...

Seperti diketahui, hujun akan turun saat uap air mengembun. Lebih banyak air berarti lebih banyak hujan, sementara panas yang dilepaskan dalam proses ini memperkuat badai lebih besar.

Ketika Badai Harvey melanda Texas dan Louisiana pada 2017, tiga penelitian menemukan bahwa curah hujan tambahan yang disebabkan oleh perubahan iklim beberapa kali lebih besar dari yang diperkirakan.

"Sebelum kami mulai melakukan studi ini, saya pikir perubahan curah hujan akan dikendalikan oleh jumlah kelembaban atmosfer yang dapat ditahan," kata salah satu penulis studi dari Laboratorium Energi Nasional AS Lawrence Berkeley, Michael Wehner.

"Ternyata, dalam badai yang sangat hebat ini, ada perubahan lain yang terjadi yang menyebabkan badai menjadi lebih deras," sambungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com