KOMPAS.com - Pekan ini, media sosial diramaikan dengan topik silsilah keluarga atau asal-usul keturunan.
Diketahui, seseorang dapat mengetahui keturunan siapa dan apakah anak biologis dari suatu keluarga dengan melakukan tes DNA.
Analis DNA dari Unit DNA Forensik Lembaga Eijkman, Windy Joanmawanti, mengungkapkan identifikasi DNA dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan ayah-anak, ibu-anak, dan kekerabatan.
Menurutnya, uji kekerabatan yang dilakukan di Eijkman biasanya untuk mengetahui apakah seseorang merupakan saudara kandung atau bukan.
"Bisa juga pada kasus lain, seorang anak laki-laki, terduga ayahnya sudah meninggal. Lalu ingin dicek apakah benar anak ini adalah anak dari ayah yang sudah meninggal tersebut," ujar Windy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/11/2020).
Uji ini, ia menjelaskan, dapat dilakukan dengan membandingkan pola kromosom Y yang ada pada anak laki-laki dengan salah satu kakak atau adik laki-laki dari ayah yang sudah meninggal.
Meski begitu, Windy menyampaikan hasil dari uji kekerabatan ini tidak bisa menyimpulkan secara pasti yang sudah meninggal adalah ayah biologis anak.
Hasil hanya menyimpulkan anak dan adik kandung ayah (paman) memiliki satu garis keturunan ayah (paternal) yang sama.
Baca juga: [HOAKS] Vaksin Covid-19 Dapat Mengubah DNA Manusia
Windy mengatakan pada prinsipnya, DNA seseorang didapatkan setengah dari ayahnya dan setengah lagi dari ibunya. Hal ini disebut DNA inti.
Selain itu, ada DNA mitokondria yang diturunkan oleh ibu ke setiap anak. Nantinya, anak perempuan itu menurunkan DNA ini ke anak-anak selanjutnya. Ini menjadi penanda garis keturunan ibu.
Sedangkan, kromosom Y diturunkan dari ayah ke setiap anak laki-laki, anak laki-laki ini menurunkan lagi ke anak laki-laki. Sehingga, hal ini menjadi penanda garis keturunan ayah.
"Pada prinsipnya, kromosom ini adalah cetak biru dari orangtua ke anaknya. Namun, faktor lingkungan juga berpengaruh pada tampilan fisik ataupun sifat," ujar Windy.
Baca juga: Apa Saja Perbedaan RNA dan DNA?
Windy mengungkapkan tes DNA yang biasa dilakukan Eijkman memerlukan sejumlah berkas untuk pelaksanaannya.
Berkas yang perlu dipersiapkan yakni identitas diri dan foto, dan formulir permintaan dan persetujuan yang dilengkapi sebelum pengambilan sampel.
Semua sampel biologis dapat digunakan untuk melakukan tes DNA. Namun, Eijkman biasanya menggunakan sampel darah atau usapan selaput lendir pipi (buccal swab).