Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Vaksin Polio Bio Farma Jadi yang Pertama Terdaftar oleh WHO untuk Penggunaan Darurat...

Kompas.com - 14/11/2020, 20:45 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendaftarkan vaksin nOPV2 yang dikembangkan Bio Farma, Indonesia untuk penggunaan darurat guna mengatasi meningkatnya kasus strain polio yang diturunkan dari vaksin cVPDV di sejumlah negara Afrika dan Mediterania Timur pada Jumat (13/11/2020).

Negara-negara di wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara juga terkena dampak wabah ini. Sehingga, nPOV2 menjadi vaksin yang pertama terdaftar untuk penggunaan darurat.

Daftar penggunaan darurat atau Emergency Use Listing (EUL) membuka jalan untuk daftar potensi vaksin Covid-19.

Baca juga: Amankah Imunisasi Anak di Masa Pandemi? Berikut Penjelasan Dokter

Melansir situs resmi WHO, dunia telah membuat kemajuan luar biasa menuju pemberantasan polio, dengan mengurangi kasus polio hingga 99,9 persen dalam 30 tahun terakhir.

Namun, langkah terakhir mengakhiri penyakit ini terbukti paling sulit, terutama dengan terus berjangkitnya virus polio yang diturunkan dari vaksin (cVDPV) yang beredar.

Pada dasarnya, cVDPV terjadi jika strain virus polio yang dilemahkan yang terkandung dalam vaksin polio oral (OPV) beredar di antara populasi yang kurang diimunisasi untuk waktu yang lama.

Jika tidak cukup anak-anak yang diimunisasi terhadap polio, virus yang melemah dapat berpindah antar individu dan seiring waktu secara genetik kembali ke bentuk yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

"Saat ini, CVDPV tipe 2 adalah bentuk paling umum dari virus yang diturunkan dari vaksin," tulis WHO.

Baca juga: Kenapa Vaksin Virus Corona dari China Diuji di Indonesia? Ini Penjelasan Bio Farma

Prosedur EUL

Prosedur EUL dapat membantu mempercepat akses ke vaksin Covid-19 di masa depan.

Prosedur ini menilai kesesuaian produk kesehatan yang belum memiliki lisensi selama keadaan darurat kesehatan masyarakat, seperti polio dan Covid-19.

Tujuannya agar obat-obatan, vaksin, dan diagnostik tersedia lebih cepat untuk mengatasi keadaan darurat.

Baca juga: Simak, Ini 15 Makanan yang Sebaiknya Dihindari agar Sistem Imun Kuat

Penilaian tersebut pada dasarnya mempertimbangkan ancaman yang ditimbulkan oleh keadaan darurat terhadap manfaat yang akan diperoleh dari penggunaan produk berdasarkan bukti yang kuat.

Prosedur ini diperkenalkan selama wabah Ebola Afrika Barat pada 2014-2016, ketika beberapa diagnostik Ebola menerima daftar penggunaan darurat.

Jalur EUL melibatkan penilaian yang cermat terhadap data uji klinis fase II dan fase III serta data tambahan penting tentang keamanan, kemanjuran, dan kualitas produksi.

"Data ini ditinjau oleh para ahli independen yang mempertimbangkan bukti terkini tentang vaksin yang sedang dipertimbangkan, rencana pemantauan penggunaannya, dan rencana studi lebih lanjut," ujar WHO.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com