Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karantina Mandiri Presiden Afrika Selatan dan Keparahan Kasus Covid-19 di Afrika...

Kompas.com - 28/10/2020, 19:36 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dikabarkan tengah menjalani karantina mandiri di kediamannya.

Hal itu dilakukan sebagai antisipasi apabila sang presiden terinfeksi virus corona.

Kewaspadaan tersebut muncul setelah mengetahui ada satu di antara 35 peserta jamuan makan malam yang ia hadiri pada Sabtu (24/10/2020) ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca juga: 465.000 Kasus Baru Covid-19, Bagaimana Kondisi Pandemi di Dunia?

Orang yang bersangkutan baru menunjukkan gejala sehari setelah acara, Minggu (25/10/2020), kemudian menjalani tes Swab PCR dan hasilnya baru muncul Selasa (27/10/2020).

Jamuan ini merupakan bagian dari kegiatan penggalangan dana yang diselenggarakan Adopt-a-School Foundation di sebuah hotel di Ibu Kota Johannesburg.

Dikutip dari BBC  (28/10/2020), hingga saat ini yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala apa pun.

Baca juga: Simak, 4 Cara Mencegah Gejala Nyeri Leher Selama Sekolah dan WFH

Protokol kesehatan

Selama menjalani karantina mandiri, Cyril otomatis tidak bisa menghadiri berbagai urusan keegaraan.

Alhasil, tugasnya sebagai seorang pemimpin pemerintahan pun ia lakukan secara remote dari rumahnya.

Salah seorang dari petugas kantor kepresidenan menyebut yang bersangkutan baru akan diperiksa swab PCR jika muncul gejala.

Baca juga: 10 Negara Termiskin di Dunia, Semua dari Benua Afrika, Mana Saja?

Ia menyebutkan, acara makan malam yang dihadiri presiden sangat mematuhi protokol kesehatan, baik skrining, penjagaan jarak, dan penggunaan masker.

"Presiden sendiri melepas maskernya hanya saat makan dan menyapa para tamu," kata dia.

Sebelumnya, pemimpin negara yang pernah menjalani isolasi mandiri akibat terindikasi terkena Covid-19 adalah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Keduanya sempat dinyatakan positif, menjalani perawatan medis, hingga akhirnya sembuh dan kini sudah kembali beraktivitas dengan normal.

Baca juga: Benarkah Pengobatan Covid-19 yang Dipakai Donald Trump Berasal dari Jaringan Janin?

Disebut paling parah

Dalam foto file 20 Mei 2020 ini, orang-orang yang terkena dampak kemerosotan ekonomi virus corona untuk menerima paket makanan di Pretoria, Afrika Selatan. Respons pemerintah terhadap Covid-19 Afrika Selatan telah dinodai oleh dugaan korupsi seputar paket bantuan ekonomi 26 miliar dolar AS yang bersejarah, sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 nomor lima terbesar di dunia.AP Photo/Themba Hadebe/File Dalam foto file 20 Mei 2020 ini, orang-orang yang terkena dampak kemerosotan ekonomi virus corona untuk menerima paket makanan di Pretoria, Afrika Selatan. Respons pemerintah terhadap Covid-19 Afrika Selatan telah dinodai oleh dugaan korupsi seputar paket bantuan ekonomi 26 miliar dolar AS yang bersejarah, sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 nomor lima terbesar di dunia.

Kasus Covid-19 di Afrika Selatan disebut yang paling parah di antara seluruh negara lain di Benua Hitam itu.

Mengacu Worldometer (28/10/2020), jumlah kasus positif di Afrika hingga Rabu (28/10/2020) sudah mencapai 717.851, total kasus yang sembuh sebanyak 647.833, dan kasus meninggal ada 19.053.

Terkait hal ini, Afrika Selatan pernah menjalankan kuncian nasional sejak masa awal pandemi menyebar luas, 27 Februari 2020, berdasarkan BBC (17/9/2020).

Baca juga: Imbas Lockdown, Warga Miskin Myanmar Konsumsi Tikus dan Ular

Kuncian itu bahkan disebut yang paling ketat di seluruh dunia.

Namun, seiring berjalannya waktu, kasus infeksi menurun, kurva pandemi melandai, kuncian pun diperlonggar sejak 20 September 2020.

Pada medio Juli, kasus baru per hari bisa mencapai 12.000 kasus dalam satu hari, namun pada saat kebijakan lockdown mulai dilonggarkan, kasus harian sudah turun drastis di bawah 2.000 kasus dalam satu harinya.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Membedakan Flu dengan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com