Beberapa media massa yang mendukung Gerakan 30 September antara lain Harian Rakjat, Kebudajaan Baru, Gelora Indonesia, dan Warta Bhakti.
Namun RRI yang dikuasai oleh mereka hanya bertahan kurang dari sehari, karena sekitar jam 7 sore pasukan RPKAD mengambil alih RRI. Beberapa tertangkap namun ada juga yang kabur.
Lalu pukul 21.00 tanggal 1 Oktober RRI Jakarta sudah mulai mengumandangkan lagi suara resmi pemerintahan RI. Sepenuhnya ibukota di tangan ABRI dan orang-orang dalam kelompok G30S menjadi buronan.
Kejadian penculikan dan pembunuhan tidak diceritakan detail dalam pemberitaan ini.
Setelah kejadian, pada 2 Oktober, Jakarta memberlakukan jam malam mulai 18.00 hingga 06.00 pagi.
Bagi yang memiliki keperluan keluar rumah saat jam malam seperti dokter atau semacamnya, bisa menggunakan obor besar, sehingga terlihat tandanya dari jauh.
Soekarno yang ditunggu-tunggu komentarnya terhadap peristiwa itu akhirnya mengeluarkan Amanat Bung Karno pada 2 dan 3 Oktober 1965.
Dini hari pukul 01.30 tanggal 2 Oktober presiden berbicara melalui RRI menyatakan bahwa presiden tetap memegang tampuk kepemimpinan negara, pemerintahan, dan revolusi. Selain itu dia juga menyampaikan bahwa kondisinya sehat wal afiat.
Pimpinan Angkatan Darat kemudian secara langsung dipegang oleh presiden dan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari sementara ditunjuk Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro Asisten III Men/Pangad.
Sedangkan Panglima Kostrad Mayor Jenderal Suharto ditugaskan untuk mengadakan pemulihan keamanan dan ketertiban yang bersangkutan dengan peristiwa 30 September.
Amanat kedua pada 3 Oktober intinya adalah tuduhan terhadap Angkatan Udara RI seakan-akan tersangkut dalam peristiwa G30S adalah tidak benar.
Baca juga: Apa Salah Genjer? Sayuran yang Kerap Dikaitkan dengan G30S/ PKI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.