Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Hari Berturut Kematian Covid-19 di Indonesia Lebih dari 110 Kasus, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com - 18/09/2020, 14:01 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama empat hari terakhir, pada 14 hingga 17 September 2020, jumlah kasus kematian harian akibat virus corona tercatat lebih dari 110 kasus per harinya.

Berdasarkan data covid19.go.id, per Kamis (17/9/2020), tercatat total jumlah kematian akibat Covid-19 telah mencapai 922 kasus.

Jumlah itu merupakan bagian dari total kasus Covid-19 di Indonesia yang menyentuh angka 232.628. Sementara itu, dari jumlah kasus positif Covid-19, tercatat ada 166.686 kasus sembuh.

Melansir data worldometers, posisi Indonesia saat ini secara global terkait penyebaran virus corona berada di urutan ke-23.

Sementara itu, dilihat dari jumlah kematian, Indonesia berada di peringkat ke-19.

Tangkapan layar dari covid19.go.id perkembangan kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Tangkapan layar dari covid19.go.id perkembangan kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia.

Terkait jumlah kematian tersebut, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan angka kematian yang ada merupakan konsekuensi logis dari tingginya prevalensi Covid-19 di Indonesia.

Menurutnya, kasus kematian yang ada tak terlepas dari keterlambatan pendeteksian seseorang terinfeksi virus corona, setidaknya satu bulan.

Sebab, kata Dicky, masa inkubasi seseorang yang terinfeksi Covid-19 sekitar enam minggu.

"Ada gap waktu antara kita dengan virus ini, setidaknya satu bulan. Kalau masa inkubasi ya enam minggu," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/9/2020).

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah harus melakukan testing dan tracing secara masif.

"Ini artinya bahwa program intervensi testing kita ini belum memadahi, belum optimal, belum dalam posisi kecepatan yang sama (waktu yang sama) dengan virus penyebab Covid-19 menyebar," ujar Dicky.

Baca juga: Ini 5 Pertimbangan Pemerintah Pilih 9 Provinsi Jadi Prioritas Penanganan Corona

Dicky menambahkan, untuk menyetarakan waktu atau kecepatan penyebaran virus, diperlukan upaya lain seperti pembatasan wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"(Dengan PSBB) setidaknya gap-nya tidak jauh," tutur dia.

Adapun PSBB, lanjut Dicky, idealnya setidaknya dilakukan selama satu bulan agar menyetarakan kecepatan dengan penyebaran virus corona.

Di sisi lain, ia menegaskan, masyarakat juga harus ikut peran serta aktif dalam membendung penyebaran virus corona.

Salah satu upaya yang mudah dan efektif adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Misalnya yaitu memakai masker, menjaga jarak, menjaga kebersihan tangan, dan tetap tinggal di rumah jika tidak ada kepentingan mendesak.

Baca juga: Update Corona Global: 30,3 Juta Kasus Positif, 949 Ribu Meninggal | Peringatan WHO atas Lonjakan Kasus di Eropa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com