Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Angin Berputar di Kawah Wurung, BMKG: Itu Dust Devil

Kompas.com - 07/09/2020, 12:02 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Di media sosial Instagram beredar sebuah video mengenai angin berputar di Kawah Wurung, Bondowoso, Jawa Timur.

Video itu diunggah oleh akun @bondowosoexplorer. Dalam video itu terlihat beberapa orang berada di dekat angin.

Video itu direkam oleh Dicky Dwicahya, seorang warga Bondowoso. Saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (6/9/2020) malam, ia menceritakan peristiwa yang disaksikannya.

Dicky mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu siang sekitar pukul 13.07 WIB di lokasi parkir Kawah Wurung.

Angin berputar itu terjadi dua kali. 

"Pertama angin hanya kecil hanya separo tapi lama. Terus hilang," cerita dia.

Selanjutnya, angin yang kedua keluar dari arah pos dan berputar di pertengahan area parkir sepeda motor dan bergerak ke bawah di balik mobil.

Menurut Dicky, angin tersebut bergerak ke arah warga sehingga banyak yang menyingkir. 

"Anginnya jalan ke warga-warga itu kemudian hilang ke atas," ujar Dicky.

Baca juga: Viral, Video Bocah di Bantul Terbawa Layangan hingga 3 Meter Sebelum Akhirnya Terjatuh


Angin apa yang terjadi dalam video viral tersebut?

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Miming Saepudin menjelaskan, fenomena yang terekam video viral tersebut disebut dust devil.

“Jika melihat kondisi cuaca sekitar yang cerah langit biru dan awan sangat sedikit, dapat diidentifikasikan itu namanya fenomena dust devil,” ujar Miming dihubungi Kompas.com Minggu (6/9/2020).

Ia mengatakan, angin itu bukan puting beliung, seperti disampaikan sejumlah warganet pada kolom komentar unggahan tersebut. 

Puting beliung terjadi dari awan comulonimbus dan terkadang disertai hujan.

Sementara, untuk fenomena dust devil merupakan fenomena angin yang berputar. Dust devil terjadi karena adanya pemanasan permukaan tanah yang signifikan jika dibandingkan area sekitarnya.

“Biasanya terjadi pada musim kemarau dengan kondisi panas yg cukup terik pada siang hari, dan pada umumnya terjadi di area lapangan yang kondisinya kering,” kata dia.

Ia menyebutkan, mekanisme yang terjadi, permukaan tanah kondisinya lebih panas akibat penyinaran matahari.

Hal ini menyebabkan kondisi tekanan udara yang lebih rendah di area tersebut dibandingkan area sekitarnya.

Aliran massa udara kemudian mengalir menuju ke pusat tekanan rendah tersebut.

Kemudian, menimbulkan gerakan angin yang memutar di pusat area tersebut secara vertikal ke atas hingga membawa debu, dan penampakannya seperti angin yang berputar.

Jika menemukan fenomena seperti ini, Miming mengingatkan, agar jangan mendekat.

“Masyarakat tentunya harus tetap waspada jika melihat fenomena tersebut, tidak perlu didekati,” kata dia.

Baca juga: Viral soal Informasi Kematian akibat Covid-19 di AS 6 Persen, Bagaimana Faktanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com