Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dugaan BMKG soal Penyebab 4 Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Parangtritis, Yogyakarta

Kompas.com - 05/09/2020, 17:03 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peristiwa empat orang wisatawan terseret ombak di pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, menjadi perhatian publik.

Dilansir Kompas.com, Jumat (4/9/2020), tiga orang wisatawan berhasil diselamatkan, sedangkan satu orang masih dalam pencarian.

Anggota SAR Satlinmas Wilayah III Bantul, M Arif Nugraha, mengatakan mereka adalah rombongan wisatawan dari Madiun, Jawa Timur.

Jumlah rombongannya ada 7 orang. Dari 7 orang itu, 3 orang bermain di tepi pantai dan 4 orang mandi di pantai.

Dugaan penyebab

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto, menduga peristiwa tersebut bisa disebabkan oleh rip current.

"(Peristiwa itu) karena rip current juga. Palung laut selatan Jawa itu jauh. Lebih dari 200 mil posisinya," ujar Siswanto saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Baca juga: Empat Wisatawan Pantai Parangtritis Yogya Terseret Ombak, 1 Hilang

Dia menjelaskan rip current adalah arus balik yang terkonsentrasi di sebuah jalur yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati zona gelombang pecah.

Rip current dikenal juga dengan sebutan Boleran. Arus boleran terbentuk jika gelombang datang dan mengempas garis pantai yang berbentuk cekungan.

Kemudian, pantulan gelombang yang mengenai pantai memunculkan sejumlah arus susur pantai atau aliran air yang "berjalan" menyusuri pantai.

Ada dua arus susur pantai yang kemudian bertemu dan memusat di tengah cekungan pantai.

Siswanto mengungkapkan, untuk arus susur yang saling bertemu ini kemudian bergabung dan menimbulkan arus balik menuju tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus, hingga melewati zona gelombang pecah.

Dia mengatakan arus susur bergerak sangat kuat dengan kecepatan tinggi.

Siswanto menyebut pesisir selatan Jawa dan Bali serta pesisir barat Aceh, merupakan daerah dengan kejadian musibah rip current terbanyak selama periode 2019 hingga pertengahan 2020.

Kasus rip current terbanyak terjadi pada bulan Juni-Juli 2020, saat itu musim gelombang tinggi dan puncak penguatan monsun Australia.

Mendeteksi rip current

Siswanto mengungkapkan kemunculan rip current tidak bisa diterka, oleh karena itu disebut juga pembunuh yang sunyi.

Meski begitu, ia mengatakan, pengunjung pantai bisa mengetes apakah di dekatnya ada fenomena rip current atau tidak dengan cara melemparkan benda ke air.

"Di atas air yang tenang bisa diletakkan sebuah benda yang mengapung, misalnya batok kelapa, ke atas ombak yang bergerak ke arah pantai," ungkapnya.

Lanjutnya, jika benda itu terseret sampai menuju ke lepas pantai pada jalur air yang tenang, maka bisa dipastikan terjadi rip current.

Baca juga: Rip Current, Penyebab Banyaknya Wisatawan Terseret Arus Pantai Selatan Gunungkidul

Cara lainnya adalah memperhatikan permukaan laut. Pada permukaan laut yang cenderung lebih tenang daripada sekitarnya, ada kemungkinan terjadi rip current.

"Perhatikan buih ombak yang datang, bila ada celah di antara buih-buih gelombang itu, maka kemungkinan di sekitar area itu sedang terjadi rip current atau arus pecah," kata Siswanto.

Tanda lainnya adalah warna air laut yang cenderung lebih keruh daripada sekitarnya. Hal itu disebabkan karena arus rip current yang sangat kuat.

Selain itu, ia mengatakan arus balik umumnya membawa serta material pantai, sehingga warnanya cenderung lebih keruh. Untuk mengamatinya lebih mudah dilakukan dari tempat yang tinggi.

Rip current menurutnya sering terjadi di ujung cekungan pantai. Oleh karena itu, pengunjung perlu mewaspadai permukaan pantai yang lebih cekung daripada sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Seseorang Punya Kebiasaan Menunda-nunda, Apa Dampaknya?

Alasan Seseorang Punya Kebiasaan Menunda-nunda, Apa Dampaknya?

Tren
Lari atau Bersepeda, Mana yang Lebih Cepat Menurunkan Berat Badan?

Lari atau Bersepeda, Mana yang Lebih Cepat Menurunkan Berat Badan?

Tren
Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Tren
Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com