KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar masyarakat waspada terhadap gempa kerak dangkal akibat adanya sesar aktif yang terjadi di Pulau Jawa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, mengatakan, dalam dua hari terakhir, pada 3 September dan 4 September 2020, BMKG mencatat ada empat kali gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi di daratan Pulau Jawa.
“Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar, maka patut diwaspadai. Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/9/2020).
Baca juga: Catatan Gempa Selama Agustus, Daerah Paling Aktif, dan Penyebabnya...
Adapun empat gempa yang terjadi selama dua hari terakhir ini adalah sebagai berikut:
Daryono menyebutkan, gempa Dieng terjadi karena dipicu oleh sesar di sekitar Pegunungan Dieng.
Adapun gempa Sukabumi dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Cipamingkis.
Sementara itu, gempa Bantul dipicu oleh aktivitas penyesaran di zona Sesar Opak.
Baca juga: BMKG Ungkap 9 Wilayah Zona Aktif Gempa yang Mungkin Berlanjut hingga September 2020
BMKG menyebutkan, untuk menimbulkan kerusakan bangunan rumah, gempa akibat sesar aktif dangkal tidak harus berkekuatan besar.
“Sejak 2015, di Pulau Jawa saja setidaknya telah terjadi lima kali gempa merusak yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berkedalaman dangkal dengan magnitudo kurang dari 5,0 (M<5,0),” kata dia.
Gempa-gempa yang pernah terjadi dan merusak tersebut yakni:
“Dengan fakta dan data tersebut di atas, maka aktivitas sesar aktif di daratan dan utamanya dekat dengan kawasan permukiman tentunya patut diwaspadai,” ujar Daryono.
Sebagai upaya mitigasi, BMKG mengimbau masyarakat mewujudkan bangunan rumah tahan gempa dan memahami apa saja yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
Daryono mengatakan, gempa tidak membunuh dan melukai.
Menurut dia, yang terjadi sebenarnya adalah bangunan tembok berkualitas rendah yang tidak mengacu pada aturan bangunan tahan gempa sehingga dapat roboh dan menimpa penghuninya.
Baca juga: Gempa Hari Ini : M 5,3 Guncang Laut Banda Tak Berpotensi Tsunami
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.