Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

18 Fenomena Antariksa pada September 2020, Apa Saja?

Kompas.com - 02/09/2020, 19:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 Jumat, 18 September: Perigee Bulan

Bulan akan berada pada titik terdekat Bumi (perigee) pada pukul 20.41.12 WIB dengan jarak 359.093 kilo meter, iluminasi 2,04 persen (fase sabit awal) dan lebar sudut 0,68 menit busur.

Bulan terletak di konstelasi Virgo ketika perigee akan tetap baru dapat disaksikan mulai pukul 17.45 WIB di arah Timur dan terbenam pada pukul 18.45 WIB.

Selasa, 22 September: Konjungsi Merkurius Spica

Puncak konjungsi Merkurius-Spica terjadi pada pukul 18.26 WIB dengan sudut pisah 0,27 derajat.

"Fenomena ini dapat disaksikan dengan mata telanjang dari arah Barat dengan ketinggian 10,7 derajat selama kondisi langit cerah, bebas dari polusi cahaya maupun bebas dari penghalang di sekitar medan pandang," ungkap Andi.

Ketika berkonjungsi, magnitudo Spica sebesar +0,95 sedangkan magnitudo visual Merkurius sebesar -0,05.

Andi menambahkan, Spica merupakan bintang paling terang di antara bintang lainnya yang terletak di konstelasi Virgo.

Spica digolongkan sebagai bintang variabel berganda.

Dalam sistem manzilah Arab, Spica dikenal sebagai asSimak, sementara dalam sistem manzilah India, Spica disebut Caitra yang bermakna "yang paling terang".

Baca juga: Menengok 18 Fenomena Astronomi yang Akan Terjadi pada Agustus 2020, Apa Saja?

Selasa, 22 September: Ekuinoks September

Ekuinoks September merupakan salah satu dari dua ekuinoks yang selalu terjadi setiap tahunnya.

Ekuinoks September merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dari langit belahan Utara menuju ke langit belahan Selatan.

"Ekuinoks September dikenal juga sebagai Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox) di belahan Utara dan Ekuinoks Musim Semi (vernal equinox) di belahan Selatan," terang dia.

Jika ditinjau dari pengamat Tata Surya di luar Bumi, posisi sumbu rotasi Bumi tegak lurus terhadap arah sinar Matahari ke Bumi.

Hal ini mengakibatkan batas siang-malam berimpit dengan garis bujur di setiap
permukaan Bumi, sehingga panjang siang dan malam nyaris sama (walau kenyataannya tidak tepat 12 jam karena dipengaruhi oleh refraksi atmosfer).

"Tahun ini, Ekuinoks September terjadi pada tanggal 22 September 2020 pukul 20.30 WIB. Bagi pengamat yang berada di garis katulistiwa, kalian akan mendapat Matahari akan tepat di atas kepala ketika tengah hari," jelas dia.

Sedangkan untuk tempat yang lain, Matahari akan condong ke Utara atau Selatan sejauh lintang tempat kalian berada.

Tidak hanya itu, ketika ekuinoks, Matahari akan terbit nyaris tepat di arah Timur dan terbenam nyaris tepat di arah Barat.

"Hal ini karena perpotongan ekuator langit dengan horizon (ufuk) adalah titik Barat dan Timur tempat kalian mengamati Matahari," katanya.

Baca juga: Hari Tanpa Bayangan dan Ekuinoks, Sama atau Beda? Ini Penjelasannya

Kamis, 24 September: Fase Perbani Awal

Puncak fase perbani awal akan terjadi pada 24 September 2020 pukul 08.54 WIB. Bulan berjarak 378.549 kilo meter dari Bumi (geosentris) dan terletak pada konstelasi Sagitarius dekat manzilah Na’aim atau Teapot.

Bulan akan terbit di sekitar tengah hari dari arah Timur Menenggara, kemudian berkulminasi di arah Selatan setelah terbenam Matahari dan Bulan terbenam dari arah Barat-Barat Daya setelah tengah malam.

Jumat, 25 September 2020: Deklinasi Maksimum Selatan Bulan

Andi memaparkan, Bulan akan berada pada deklinasi maksimum Selatan pada pukul 02.10 WIB dengan jarak geosentris 382.215 kilo meter, iluminasi 57,72 persen dan lebar sudut 18 menit busur.

Deklinasi maksimum Selatan bermakna Bulan terletak pada posisi paling Selatan dari ekuator langit (sebagaimana solstis Desember pada Matahari).

"Deklinasi Bulan ketika mencapai maksimum bervariasi antara 18,3° hingga 28,6 derajat," jelas Andi.

Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang memiliki kemiringan 5,15 derajat terhadap ekliptika dan sumbu rotasi Bumi yang memiliki kemiringan 23,45 derajat Deklinasi Maksimum Selatan Bulan kali ini adalah 24,46 derajat dengan ketinggian Bulan di Indonesia ketika kulminasi bervariasi antara 59,5 derajat (Pulau Weh) hingga 76,5 derajat (Pulau Rote).

Bulan berada di arah Selatan ketika kulminasi yang terjadi sekitar 40 menit setelah terbenam Matahari (pukul 18.20 WIB).

"Bulan terletak di konstelasi Sagitarius dekat manzilah Na’aim (Teapot) dan berada di atas ufuk sejak pukul 11.50 WIB hingga pukul 01.15 WIB dari arah Timur Menenggara hingga Barat-Barat Daya," ungkap Andi.

Baca juga: Studi: 710 Juta Ton Sampah Plastik Akan Menumpuk di Bumi pada 2040

Kamis-Sabtu, 24-26 September: Tripel Konjungsi Bulan-Jupiter-Saturnus

Selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 24 hingga 26 September malam hari, Andi melanjutkan, Bulan akan berkonjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus.

Mula-mula, Bulan berada di arah Selatan Menenggara (SM) dekat Manzilah Na’aim ketika senja.

Bulan terletak di sebelah Selatan Jupiter dan Saturnus yang terletak di arah Tenggara (TG) dekat Manzilah Albaldah.

Kedua manzilah ini berada di konstelasi Sagitarius.

"Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah Barat-Barat Daya (BBD) setelah tengah malam," kata dia.

Keesokan harinya, Bulan berada di arah Tenggara (TG) bersama-sama Jupiter dan Saturnus yang masih berada dekat manzilah Albaldah ketika senja. Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah Barat-Barat Daya (BBD) setelah tengah malam.

"Keesokan harinya, Bulan sudah bergeser di arah Timur Menenggara (TM) dekat Manzilah Dabih yang terletak di Konstelasi Capricornus ketika senja," ucap dia.

Sementara itu, Jupiter dan Saturnus masih berada dekat manzilah Albaldah. Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah BaratBarat Daya (BBD) setelah tengah malam.

Baca juga: Hari Ini Asteroid Berukuran Besar Dekati Bumi, Perlukah Khawatir?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com