Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Usia Inti Bumi Jauh Lebih Muda dari yang Selama Ini Diketahui

Kompas.com - 26/08/2020, 06:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Misteri tentang asal muasal alam semesta memang menarik untuk terus digali.

Dari mana benda-benda itu berasal, berapa banyak jumlah dan berapa besar ukurannya, hingga berapa usia mereka sejak awal penciptaan banyak menarik minat para ilmuwan untuk melakukan berbagai macam kajian.

Salah satunya tim peneliti dari University of Texas yang baru-baru ini mengeluarkan estimasi soal berapa tua usia inti Bumi dengan cara membuat kondisi yang serupa dengan pusat Bumi dari dalam ruang laboratorium.

Dilansir dari CNN, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang sesuai.

Mereka membuat ulang kondisi ini dengan memeras sampel besi yang dipanaskan menggunakan laser di antara dua berlian sebagai landasannya.

Besi merupakan komponen utama dari inti Bumi.

Hasilnya, para peneliti memperkirakan usia inti Bumi antara 1-1,3 miliar tahun, perkiraan usia ini ada di bawah spektrum usia yang diyakini sebelumya yang diperkirakan berusia antara 1,3-4,5 miliar tahun.

Baca juga: Kali Pertama, Peneliti Pastikan Inti Bumi Memang Padat, tetapi...

Cara kerja inti bumi

Hasil dari penelitian ini diterbitkan awal Agustus 2020 di Physical Review Journals, berupa jurnal peer-review dari American Physical Society.

Percobaan lab yang dilakukan para peneliti itu juga sekaligus memberi gambaran lebih jelas bagaimana inti Bumi menghantarkan panas dan menjadi sumber energi yang menggerakkan geodinamo Bumi.

Geodinamo Bumi merupakan mekanisme yang menopang medan magnet Bumi yang membuat planet ini terlindung dari sinar kosmik berbahaya dan membantu alat penunjuk arah atau kompas mengarah ke utara.

"Orang-orang sangat bersemangat ingin mengetahui asal usul geodinamo, sumber kekuatan medan magnet, karena geodinamo itu berkontribusi pada kondisi planet," kata ketua peneliti Prof. Jung-Fu Lin.

Baca juga: Teori Kontroversial, Bulan Terbentuk dari Ledakan di Inti Bumi

Bentuk inti bumi 

Para peneliti percaya, efektivitas besi dalam menransfer panas melalui konduktivitas termal menjadi salah satu faktor kunci untuk menentukan berbagai hal tentang inti Bumi, termasuk kapan inti bagian dalam terbentuk.

Sekadar informasi, inti Bumi bagian dalam bersifat padat, sementara sisi luarnya adalah cair.

Dengan tekanan lebih dari 1 juta atmosfer dan suhu dengan panas yang mendekati permukaan matahari, kondisi inti Bumi yang coba diciptakan kembali ini memungkinkan para peneliti mengukur konduktivitas besi.

Menggunakan informasi tentang konduktivitas dan perpindahan panas dari waktu ke waktu, memungkinkan para peneliti membuat perkiraan lebih tepat soal usia inti Bumi.

"Setelah Anda benar-benar mengetahui, Anda dapat benar-benar memikirkan kapan bumi cukup dingin hingga inti bagian dalam mulai mengkristal," kata Lin.

Baca juga: Bumi Kehilangan 28 Triliun Ton Es dalam 23 Tahun, Ini Dampaknya

Sumber: CNN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com