Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Perkembangan Vaksin di Seluruh Dunia, dari Gunakan Tembakau, Serangga hingga Gorila

Kompas.com - 13/08/2020, 12:31 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Para peneliti di seluruh dunia tengah mengembangkan lebih dari 165 vaksin untuk melawan virus corona.

Adapun 31 vaksin saat ini tengah dalam tahap diujicobakan kepada manusia.

Vaksin sendiri, jika dalam kondisi normal, umumnya membutuhkan waktu pengujian selama bertahun-tahun.

Namun vaksin virus corona, saat ini tengah menjadi semacam ajang perlombaan yang tengah dilakukan para ilmuwan untuk menghasilkan vaksin aman dan ekektif tahun depan.

Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September

Berikut pengembangan vaksin berdasarkan tahapannya:

  1. Preklinis: Vaksin belum masuk percobaan manusia. Ilmuwan memberikan vaksin kepada hewan seperti tikus atau monyet guna melihat apakah vaksin menghasilkan respons imun. Saat ini ada lebih dari 135 vaksin yang masih dalam uji preklinis.
  2. Tahap I: Vaksin diuji keamanan dosisnya. Para ilmuwan memberikan vaksin kepada sejumlah kecil orang untuk menguji keamanan dan dosis, serta untuk memastikan bahwa vaksin merangsang sistem kekebalan. Saat ini ada sebanyak 20 vaksin masuk uji tahap I
  3. Tahap II: Vaksin yang diperluas uji keamanannya. Dalam tahap ini, para ilmuwan memberikan vaksin kepada ratusan orang yang dibagi menjadi beberapa kelompok seperti anak-anak dan orang tua guna melihat apakah vaksin bekerja pada mereka. Ada sebanyak 11 vaksin yang tengah diujicoba tahap ini.
  4. Tahap III: Vaksin dalam skala besar tengah diuji tes khasiatnya. Dalam tahap ini, ilmuwan memberikan vaksin pada ribuan orang dan menunggu untuk melihat berapa banyak yang terinfeksi dibandingkan sukarelawan yang tengah menerima plasebo. Pada bulan Juni, FDA mengatakan bahwa vaksin virus corona harus melindungi setidaknya 50 persen orang yang divaksinasi agar dianggap efektif. Uji coba tahap 3 ini jumlahnya cukup besar sehingga diharapkan dapat mengungkapkan bukti efek samping yang relatif jarang yang mungkin terlewat dalam penelitian sebelumnya. Saat ini ada sebanyak 8 vaksin yang masuk pengujian tahap III.
  5. Tahap Persetujuan: Vaksin disetujui untuk digunakan dalam penggunaan terbatas. Tahap ini, regulator akan memutuskan apakah vaksin disetujui atau tidak. Selama pandemi, vaksin dapat menerima otorisasi penggunaan darurat sebelum mendapat persetujuan resmi. Nantinya setelah vaksin dilisensikan peneliti akan terus memantau orang yang menerimanya dan memastikannya aman dan efektif. Saat ini ada sebanyak 2 vaksin yang masuk tahap ini.

Fase pengujian vaksin yang lain adalah fase gabungan.

Fase ini adalah cara lain untuk mempercepat pengembangan vaksin dengan cara menggabungkan fase. Beberapa vaksin sekarang diujicoba menggunakan fase 1 atau 2 di mana mereka diuji pertama kali pada ratusan orang.

Baca juga: Segala Hal yang Perlu Diketahui tentang Vaksin Virus Corona

Perjalanan vaksin

Mengutip dari Nytimes (12/8/2020) pengerjaan vaksin dimulai dari penguraian genom SARS-CoV-2 yang dimulai pada Januari.

Uji coba keamanan vaksin sendiri pada manusia dimulai pada Maret, akan tetapi bagaimana perkembangan sampai dengan saat ini masih belum jelas.

Beberapa percobaan vaksin bisa saja gagal, dan mungkin yang lain akan berakhir tanpa kejelasan.

Meskipun tentu saja, beberapa mungkin akan terbukti berhasil menstimulasi sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang efektif untuk melawan virus.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi

Berikut ini berbagai metode pengembangan vaksin virus corona yang tengah dikembangkan di seluruh dunia.

1. Vaksin Genetik

Metode pengembangan vaksin ini prinsipnya adalah menggunakan satu atau lebih gen dari virus corona sendiri untuk memicu respons tubuh.

Berikut ini beberapa perusahaan yang tengah mengembangkan:

a. Moderna

Moderna mengembangkan vaksin berdasarkan messenger RNA (mRNA) guna menghasilkan protein virus dalam tubuh.

Perusahaan ini bekerja sama dengan National Institutes of Health di mana mereka menemukan vaksin mampu melindungi monyet dari virus corona.

Perusahaan ini melakukan uji coba pada manusia pada Maret.

Setelah uji coba tahap 2, pada 27 Juli mereka masuk uji tahap III.

Nantinya uji coba tahap akhir akan dilaksanakan dengan melibatkan 300.000 orang sehat pada 89 lokasi di wilayah Amerika Serikat.

Baca juga: Saat AS Mulai Distribusikan Remdesivir untuk Pasien Covid-19 di 6 Negara Bagian...

b. BioNTech, Pfizer, Fosun Pharma

Kerja sama tiga perusahaan yakni BioNTech Jerman, Pfizer AS, dan Fosun Pharma China juga tengah mengembangkan vaksin mRNA.

Saat Mei mereka meluncurkan uji coba fase 1/2.

Sukarelawan terbukti menghasilkan antibodi untuk melawan virus dan sel kekebalan sel T.

Beberapa sukarelawan mengalami efek samping gangguan tidur dan nyeri lengan.

Pada 27 Juli uji fase 2/3 dilakukan dengan 30.000 sukarelawan di AS, Argentina, Brazil dan Jerman.

Baca juga: Mengenal Obat Flu Avigan yang Diklaim Efektif Lawan Virus Corona

c. Zydrus

Pembuat vaksin India Zydus Cadila tengah menguji vaksin berbasis DNA pada Juli.

Ini merupakan perusahaan kedua India yang berlomba ikut membuat vaksin.

Perusahaan ini meluncurkan uji coba tahap 2 pada 6 Agustus 2020.

d. Imperial College London

Peneliti dari Imperial College London juga tengah mengembangkan vaksin RNA untuk merangsang sistem kekebalan.

Para peneliti bermitra dengan Morningside Venture dan telah melakukan penguian tahap 1/2

Baca juga: Lebih dari 5 Juta Kasus, Ilmuwan AS Peringatkan untuk Tidak Mengandalkan Vaksin Corona

e. AnGes

Perusahaan bioteknologi Jepang AnGes bermitra dengan Universitas Osaka dan Takara Bio dalam pembuatan vaksin dan telah memulai uji coba tahap I.

f. Arcturus

Perusahaan Arcturus Therapeutics dan Duke-NUS Medical School di Singapura yang berbasis di California juga tengah mengembangkan vaksin mRNA.

Pada Agustus mereka meluncurkan uji coba fase 1/2 di Rumah Sakit Umum Singapura.

Baca juga: Saat Universal Studio Singapura Gunakan Pemindai Wajah untuk Pengunjungnya...

g. Inovio

Inovio merupkan perusahaan Amerika. Ia mengembangkan vaksin berbasis DNA dikirim ke kulit dengan pulsa listrik dari perangkat genggam.

Mereka uji coba fase I pada Juni dan tidak menemukan efek samping serius.

Uji coba fase 2/3 akan dilakukan akhir musim panas.

h. Urevac

Trump sempat membujuk perusahaan ini untuk memindahkan penelitian dari Jerman ke Amerika namun ditolak.

Pada Juni perusahaan ini melakukan uji coba fase I dari vaksin mRNA.

Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

i. Genexine

Perusahaan Korea Genexine mulai menguji keamanan vaksi berbasis DNA pada Juni.

Uji coba fase II akan dilakukan pada musim gugur.

j. Walvax Biotechnology

Pada Juni, Peneliti China di Akademi Ilmu Kedokteran Militer, Suzhu Abogen Biosciences dan Walvax Biotechnology akan menguji coba vaksin mereka yang diberi nama ARCoV.

Studi pada monyet yang sebelumnya dilakukan disebut berhasil pada vaksin ini.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ham, Simpanse Pertama di Luar Angkasa

k. Sanofi

Perusahaan farmasi Perancis Sanofi bekerja sama dengan Tanslate Bio.

Pada 23 Juni mereka berencana mengujicoba fase I vaksinnya pada musim gugur.

2. Vaksin vektor viral

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Do. Shutterstock) Ilustrasi vaksin Covid-19. (Do. Shutterstock)

Vaksin ini dibuat menggunakan virus untuk mengirim gen virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun.

Vaksin yang dibuat dengan metode ini di antaranya dari perusahaan:

a. CanSinoBIO

Perusahaan China CanSino Biologics mengembangkan vaksin berdasarkan adenovirus yang disebut Ad5.

Perusahaan ini bekerja sama dengan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer.

Uji fase 2 menunjukkan vaksin menghasilkan respons imun yang kuat.

Militer China menyetujui pada 25 Juni, selama setahun vaksin digunakan sebagai obat yang dibutuhkan secara khusus.

Pada 9 Agustus, Kementerian Kesehatan Saudi mengumumkan CanSino Biologics akan melakukan uji coba tahap III di Arab Saudi.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

b. Astra Zeneca

Kerja sama Inggris-Swedia melalui Astra Zeneca- Universitas Oxford membuat vaksin dengan didasarkan pada adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1.

Vaksin sekarang dalam uji coba fase 2/3 di Inggris dan India serta uji coba fase 3 di Brasil dan Afrika Selatan.

c. Johnson-Johnson

Perusahaan ini meluncurkan uji coba fase 1/2 pada Juli dan fase III pada September.

d. The Gamaleya Research Institute

Ini merupakan bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia.

Tahap I percobaan diluncurkan Juni.

Vaksin sendiri diberi nama Gam-Covid-Vac Luo.

Vaksin ini dibuat dengan mengkombinasikan dua adenovirus Ad5 dan Ad26.

Kemudian 11 Agustus Presiden Putin mengumumkan vaksin diubah namanya menjadi Sputnik V sebelum uji coba fase 3 dilakukan.

Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021

e. ReiThera

Perusahaan bioteknologi Italia ReiThera mengembangkan vaksin yang disebut GRAd-CoV-2 yang didasarkan pada adenovirus yang menginfeksi gorila.

Perusahaan ini bekerja sama dengan Lazzaro Spallanzani National Intitute for Infection Diseases di Roma.

Uji tahap I dilakukan akhir Juli.

f. Novartis

Perusahaan Swiss Novartis akan memproduksi vaksin berdasar pengobatan terapi gen yang dikembangkan Rumah Sakit Mata dan Telinga Massachusetts.

Uji coba fase I dimulai akhir 2020.

Baca juga: Saat Ratusan Orang Meninggal karena Salah Informasi Covid-19...

g. Merck

Perusahaan Amerika, Merck mengumumkan pada Mei mengembangkan vaksin dari virus stomatitis vesikuler, cara yang pernah berhasil digunakan untuk membuat vaksin Ebola.

Perusahaan sendiri bekerjasama dengan IAVI.

Vaksin ini tak seperti vaksin lain, karena dapat dikonsumsi secara oral.

h. Vaxart

Vaxart tengah menyiapkan vaksin berupa tablet oral yang mengandung adenovirus berisi gen virus corona.

Saat ini mereka tengah menyiapkan uji coba fase I.

Baca juga: Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto, dari Disebut Hoaks hingga Pembodohan

3. Vaksin berbasis protein

Ilustrasi vaksin coronaShutterstock Ilustrasi vaksin corona

Vaksin ini menggunakan protein virus corona atau fragmen protein untuk memicu respons imun.

Beberapa perusahaan yang menggunakan cara ini yakni:

a. Anhui Zhifei Longcom

Pada Juli, perusahaan China Anhui Zhifei Longcom memulai uji coba tahap 2.

Perusahaan sendiri bermitra dengan Akademi Ilmu Kedokteran China.

b. Novavax

Perusahaan ini berbasis di Maryland dan membuat vaksin dengan menempelkan protein ke partikel mikroskopis.

Pada 4 Agustus Novavax mengumumkan hasil yang menjanjikan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada monyet dan manusia.

Uji tahap 3 akan dimulai pada Oktober nanti.

Baca juga: Berikut 4 RS yang Sempat Ditutup karena Tenaga Medisnya Terpapar Covid-19

c. Biofarmasi Clover

Perusahaan ini mengembangkan vaksin yang mengandung protein virus.

Guna menstimulasi kekebalan, vaksin diberikan dengan zat adjuvan yang dibuat oleh pembuat obat asal Inggris GSK dan Amerika dynavax.

d. Vaxine

Perusahaan Asutralia Vaxine tengah mengembangkan vaksin dengan menggabungkan protein virus dengan bahan pembantu untuk menstimulasi kekebalan.

Perusahaan ini akan mengujicoba tahap II vaksinnya pada September nanti.

Baca juga: Simak, Berikut Peringatan WHO soal Covid-19...

e. Medicago

Perusahaan yang berbasis di Kanada ini, yang sebagian besar didanai oleh pembuat rokok Philip Morris, tengah menggunakan spesies tembakau untuk membuat vaksin.

Mereka mengirimkan gen virus ke dalam daun dan sel tumbuhan kemudian membuat cangkang protein yang meniru virus.

Pada Juli, Medicago meluncurkan uji coba fase I pada vaksin Covid-19 nabati yang dikombinasikan dengan baha pembantu dari pembuat obat GSK dan Dynavax.

Mereka akan melakukan uji coba tahap 2/3 pada Oktober.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

f. Kentucky BioProcessing

Vaksin berbasis tembakau kedua juga tengah dikembangkan di Kentucky BioProcessing yang merupakan anak perusahaan British American Tobacco.

Perusahaan ini merekayasa spesies tembakau yang disebut Nicotiana benthamiana untuk membuat protein virus.

Sebelumnya perusahaan ini menggunakan teknik ini untuk membuat obat Zmapp untuk Ebola.

Uji coba fase I rencananya akan dilakukan pada Juli.

Baca juga: Selain Korea Utara, Berikut Negara yang Belum Terkena Virus Corona

g. Korea Utara

Komisi Sains dan Teknologi Korea Utara mengumumkan mereka memulai uji klinis vaksin berdasarkan protein lonjakan virus corona.

Komisi tersebut mengklaim telah menguji vaksin pada hewan tapi tak memberikan data.

Selain itu, uji efektivitas juga harus dilakukan di negara lain karena mereka mengklaim tak ada kasus di sana.

h. Univeristas Pittsburgh

Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Pittsburg diberinama PittCoVac, yang dibuat dengan desain menutup kulit memakai 400 jarum kecil terbuat dari gula.

Nantinya saat diletakkan di kulit, jarum akan larut dan mengirim protein virus ke tubuh.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

i. Sanofi

Sanofi tengah mengembangkan vaksin berdasar protein virus.

Mereka memproduksi protein dengan virus rekayasa yang tumbuh di sel serangga.

GSK akan membantu meengkapi bahan pembantu untuk merangsang kekebalan.

Uji klinis akan dilakukan pada September.

Baca juga: Profil KSAD Jenderal Andika Perkasa, Wakil Erick Thohir di Komite Penanganan Covid-19

4. Vaksin Whole-Virus

Vaksin ini menggunakan versi virus corona yang dilemahkan atau dinonaktifkan untuk memicu respons imun.

Berikut ini beberapa perusahaan yang membuat vaksin dengan cara ini:

a. The Wuhan Intitute of Biological Products

Perusahaan ini mengembangkan vaksin virus yang tidak aktif milik perusahaan China Sinopharm.

Pada Juli, mereka meluncurkan uji coba tahap II di Uni Emirat Arab.

Perusahaan tersebut mengatakan pada media pemerintah China bahwa vaksin akan siap digunakan akhir tahun.

Baca juga: Deretan Produk yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Obat Herbal hingga Kalung Antivirus Corona

b. Sinopharm

Perusahaan ini juga tengah menguji vaksin virus kedua yang tidak aktif dan dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing.

Dalam uji coba tahap 3 di Uni Emirat Arab, 5.000 orang menerima vaksin versi Institut Wuhan, sedangkan 5.000 lain menerima dari Institut Beijing.

c. Sinovac

Perusahaan swasta China Sinovac Biotech tengah menguji vaksin yang tidak aktif yang disebut CoronaVac.

Pada Juni, perusahaan mengumumkan bahwa uji coba fase 1/2 pada 743 sukarelawan menunjukkan tak ada efek samping parah, dan menghasilkan tanggapan kekebalan.

Sinovac kemudian meluncurkan uji coba tahap III di Brazil pada Juli dan satu lagi di Indonesia pada Agustus.

d. Bharat Biotech

Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional dan Perusahaan India Bharat Biotech tengah merancang vaksin yang disebut Covaxin berdasarkan bentuk virus corona yang tidak aktif.

Perusahaan meluncurkan uji coba fase 1/2 pada Juli.

CEO Bharat menyebut vaksin akan tersedia paling cepat awal 2021.

Baca juga: Deretan Obat yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Dexamethasone hingga Hidroksiklorokuin

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com