Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 5 Juta Kasus, Ilmuwan AS Peringatkan untuk Tidak Mengandalkan Vaksin Corona

Kompas.com - 22/05/2020, 08:45 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang ilmuwan AS mengatakan bahwa orang tidak boleh mengandalkan vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dalam waktu dekat.

Hal ini karena infeksi secara global melewati 5 juta kasus, setelah melonjak di Amerika Latin, termasuk Brasil yang telah mencatatkan hampir 20.000 kasus baru.

Periset kanker, HIV/AIDS dan peneliti proyek genom manusia, Wiliam Haseltine menuturkan bahwa pendekatan terbaik untuk pandemi ini yaitu mengelola penyakit melalui penelusuran infeksi dan langkah-langkah isolasi yang ketat setiap kali penyebarannya.

Baca juga: Pembukaan PSBB, Ancaman Kluster Baru Covid-19 hingga Perlunya Pelacakan Kontak

Sementara vaksin tengah dikembangkan, maka hal yang perlu diandalkan yakni dengan mendesak orang-orang untuk mengenakan masker, mencuci tangan, membersihkan permukaan dan menjaga jarak.

Melansir The Guardian, Kamis (21/5/2020), vaksin yang dikembangkan sebelumnya untuk jenis corona virus lain gagal melindungi selaput lendir di hidung, tempat virus biasanya memasuki tubuh.

Amerika Serikat dan negara-negara lain belum melakukan cukup banyak hal untuk memaksa mengisolasi orang-orang yang terpapar virus tersebut, namun memuji upaya China, Korea Selatan, dan Taiwan untuk mengekang infeksi.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Kasus terbanyak

Demonstran anti lockdown di Harrisburg, ibu kota negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Jumat, 15 Mei 2020.Mark Makela/AFP Demonstran anti lockdown di Harrisburg, ibu kota negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Jumat, 15 Mei 2020.

Haseltine menuturkan bahwa AS, Rusia, dan Brasil, yang menepati urutan pertama, kedua, dan ketiga untuk infeksi, telah melakukan yang terburuk.

Saat infeksi global mencapai 5 juta jiwa, Brasil melaporkan rekor sebanyak 19.951 kasus pada Rabu (20/5/2020), menjadikan total infeksi menjadi 291.579.

Jika tren terus berlanjut, negara ini akan segera menyusul Rusia dengan 308.705 kasus.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Brasil mengeluarkan pedoman baru untuk penggunaan yang lebih luas dari obat-obatan anti-malaria dalam kasus corona virus ringan, suatu pengobatan yang digembar-gemborkan oleh Presiden Jair Bolsonaaro yang bertentangan dengan para pakar kesehatan masyarakat yang memperingatkan kemungkinan risiko kesehatan.

Menteri kesehatan sementara, Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat, mengizinkan penggunaan obat tersebut setelah dua dokter meninggalkan jabatan tertinggi di kementerian di bawah tekanan untuk mempromosikan penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquine.

Baca juga: Sebabkan Komplikasi Jantung, Penelitian Klorokuin di Brazil Dihentikan

Pedoman baru menyarankan dosis untuk anti-malaria bersama dengan antibiotik azitromisin pada awal gejala.

Pasien atau anggota keluarga harus menandatangani surat pernyatakan mengakui potensi efek samping.

Presiden AS Donald Trump telah mengatakan rejimen hydroxychloroquine-nya yang bertentangan dengan saran dari FDA AS, akan berakhir dalam dua hari.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com