Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Lebanon di Antara Konflik Horizontal, Ekonomi, dan Pandemi

Kompas.com - 06/08/2020, 06:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Kementerian kesehatan Lebanon menyebut virus menyebar dengan cepat karena kebijakan penguncian wilayah banyak dilanggar, banyak orang menghadiri pesta pernikahan, layanan keagamaan, dan pertemuan publik lainnya.

Baca juga: Lebanon Berduka Setelah Ledakan Dahsyat Mengguncang Beirut...

Aksi protes

Oktober lalu, masyarakat Lebanon dari 70 kota menggelar aksi protes besar-besaran atas dugaan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah.

Masyarakat mengalami pemadaman listrik hampir setiap hari dan menerima aliran air ledeng yang tidak aman diminum.

Protes ini melumpuhkan pemerintahan dan menyebabkan Perdana Menteri Saad Hariri mengundurkan diri.

Namun, setelah Hariri lengser pun tidak ada banyak perubahan yang terjadi di Lebanon. 

Pemadaman listrik semakin menjadi, krisis ekonomi juga semakin dalam, dan harga produk makanan melambung hingga 80 persen.

Ekonomi terjun bebas

Krisis ekonomi telah melumpuhkan negara beribukota Beirut ini, akhirnya ribuan warganya memutuskan untuk pergi mencari penghidupan di luar negeri.

Berdasarkan data statistik, diketahui hampir setengah dari populasi negara itu hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan 35 persen di antaranya kehilangan pekerjaan.

Sistem politik yang berjalan dipandang korup dan tidak kompeten.

Maret kemarin, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Lebanon gagal membayar utangnya. Padahal diketahui rasio utang Lebanon merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, 170 persen dari PDB negara.

Sejak saat itu, harga sebagian besar barang hampir naik hingga tiga kali lipat, nilai tukar mata uang nasional turun 80 persen.

Pusat perbelanjaan kosong, kemiskinan dan kriminalitas meningkat, jalanan pun menjadi arena protes dan demo yang melibatkan aksi pembakaran.

Baca juga: Ledakan di Lebanon, Kemenlu Terus Pantau dan Pastikan Kondisi WNI

Konflik regional

Lebanon memiliki riwayat konflik regional yakni perang saudara panjang sejak 1975-1990 yang setidanya menewaskan 120.000 orang dan mengasingkan satu juta orang lainnya.

Selanjutnya Lebanon diduduki oleh Suriah dan Israel selama hampir dua dekade lamanya, namun pasukan asing tersebut mundur di tahun 2005.

Gerakan Syiah yang didukung Iran, Hizbullah berperang selama sebulan melawan Israel pada 2006. Gearkan ini muncul sebagai gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com