Pada skema ini investor yang lebih awal mendapatkan hasil dari setoran investasi para investor yang masuk belakangan.
Skema ini, biasanya berkedok usaha, tapi uang dari investor tidak murni dijadikan sebagai modal usaha.
Sebaliknya, uang dari investor justru dipakai untuk membayar keuntungan yang dijanjikan pada investor yang telah bergabung sebelumnya.
"Investor yang datang belakangan bagaimana? dia dapat untung juga dari investor berikutnya, dan begitu seterusnya," kata Gozali.
Dia menyebut, ada beberapa ciri-ciri umum skema Ponzi yang bisa dikenali, yaitu:
Pada intinya, Gozali mengatakan bahwa investasi harus masuk akal.
"Kalau minta modal terus tidak jelas maksimal berapa modal yang diterima, itu sudah jelas nggak masuk akal. Kalau kasih hasil luar biasa tinggi, padahal bisnisnya biasa aja, ya nggak masuk akal juga kan," kata Gozali.
Baca juga: Bahaya Investasi Bodong dengan Skema Ponzi
Selain meminta masyarakat untuk tidak percaya dengan iming-iming investasi bodong, Gozali juga memberikan beberapa saran bagi mereka yang akan mulai berinvestasi di tengah ancaman resesi ekonomi yang saat ini mengintai Indonesia.
Di produk keuangan, Gozali menyebut pada saat seperti ini lebih menarik berinvestasi pada produk yang menghasilkan fixed income, misalnya obligasi, sukuk, dan deposito.
"Untuk saham harus selektif sekali pilih sektor atau emiten yang tetap positif di masa resesi," kata Gozali.
Sementara itu, untuk investasi di sektor riil, Gozali menyarankan ada baiknya dikurangi terlebih dulu atau minimal ditinjau ulang, apakah sektor usahanya terdampak parah atau tidak.
Jika masih ingin berinvestasi di sektor riil, ia menyarankan ada baiknya berinvestasi emas.
"Emas malah makin menarik di saat ekonomi memburuk. Harga emas biasanya naik tinggi saat terjadi krisis ekonomi," kata Gozali.