Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Peneliti dari RS Darurat Wisma Atlet Kembangkan Suplemen Herbal untuk Covid-19

Kompas.com - 03/08/2020, 14:35 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim peneliti dari Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, tengah melakukan penelitian untuk mengembangkan immunomodulator berbahan tanaman herbal Indonesia untuk pasien infeksi virus corona.

Sejauh ini, para peneliti telah mengumpulkan 90 subjek penelitian pada Minggu (2/8/2020).

Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan COVID-19, Masteria Yunolvisa Putra. mengatakan, sebanyak 72 orang di antaranya sudah selesai menjalani klinis untuk pasien Covid-19.

"Saat ini kami sudah merekrut subjek sebanyak 90, yang sudah selesai 72 subjek," kata Masteria.

Masteria menyebutkan, sebenarnya immunomodulator merupakan sejenis suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh, bukan obat maupun vaksin untuk Covid-19.

Materia, yang juga peneliti dari Puslit Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan, uji klinis kandidat immunomodulator ini dilakukan secara acak terkontrol tersamar ganda dengan plasebo agar menghindari terjadinya bias pada penelitian.

"Sistem UK (uji klinis) kami blinding jadi kita tidak tahu yang mana dapat obat uji dan kontrol. Setelah akhir baru kita bisa tahunya," jelas Masteria.

Baca juga: Peneliti Temukan Sifat Virus Corona yang Dapat Kelabui Sistem Imun, Begini Cara Kerjanya

Merujuk penjelasan LIPI melalui akun Instagram-nya, disebutkan terdapat dua produk uji dan satu plasebo yang diberikan secara acak pada 90 subyek uji.

Dua produk uji itu adalah Cordyceps militaris dan kombinasi bahan herbal yang terdiri dari rimpang jahe, meniran, sambiloto dan daun sembung yang telah memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dengan demikian, masing-masing produk uji akan diberikan pada 30 subjek uji yang berbeda-beda.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Kabar dari Wisma Atlet Minggu (2/8) kemarin tim peneliti di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta telah berhasil merekrut subyek penelitian terakhir (subyek ke-90) yang 72 diantaranya telah selesai melakukan uji klinis kandidat immunomodulator yang berasal dari tanaman herbal asli Indonesia untuk pasien COVID-19.?? ?? Masteria Yunolvisa Putra dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI selaku Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan COVID-19 menjelaskan, metode uji klinis kandidat imunomodulator dilakukan secara acak terkontrol tersamar ganda dengan plasebo untuk menjaga dari terjadinya bias pada penelitian. ?? ?? Terdapat dua produk uji dan satu plasebo yang diberikan secara acak dan merata kepada 90 subyek uji, sehingga terdapat 30 subyek uji untuk masing-masing kelompok. Karena digunakan sistem blinding yang tersamar ganda, baik subyek maupun peneliti tidak mengetahui yang diberikan kepada subyek tersebut adalah salah satu dari produk uji yang diujikan atau plasebo.?? ?? Sistem blinding akan dibuka setelah keseluruhan uji klinis obat terhadap subyek selesai. Direncanakan pada tanggal 16 Agustus sistem blinding ini sudah bisa dibuka untuk mengetahui data pasien yang sudah mendapatkan kontrol. ?? ?? Saat ini tim peneliti yang berasal dari LIPI, Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, dan tim dokter Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran tengah melakukan koleksi data yang akan dikirimkan ke BPOM selaku regulator. ?? ?? Sebagai informasi dua produk yang di ujikan pada uji klinis adalah Cordyceps militaris dan kombinasi herbal yang terdiri dari rimpang jahe, meniran, sambiloto dan daun sembung. Kombinasi herbal ini sudah memilki prototype dan data awal serta sudah memiliki izin edar dari BPOM.?? ?? Seluruh tim peneliti memohon dukungan dari seluruh masyarakat agar uji klinis ini mendapatkan hasil yang menggembirakan sehingga dapat memberikan sumbangsih signifikan untuk penanggulangan pandemi. #InovasiIndonesia #LIPI

A post shared by LIPI (@lipiindonesia) on Aug 2, 2020 at 5:11pm PDT

Masteria mengatakan, setidaknya dibutuhkan waktu selama 3 minggu lagi hingga akhirnya hasil uji klinis ini bisa diketahui hasilnya. 

Sistem blinding ini akan dibuka setelah keseluruhan uji klinis obat pada subjek selesai dilakukan.

Rencananya, akan dilakukan pada 16 Agustus 2020.

Tim penelitian ini terdiri dari peneliti LIPI, Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, dan tim dokter Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran.

Data yang dikumpulkan akan dikirimkan ke BPOM selaku regulator di Indonesia.

Masteria mengatakan, jika hasilnya sudah diketahui dan kandidat immunomodulator ini dinyatakan aman dan efektif, produk ini akan diproduksi secara massal.

Baca juga: Tren Kematian karena Covid-19 di Rumah Sakit Inggris Turun, Ini Penyebabnya Menurut Peneliti

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Penyebaran Virus Corona Melalui Udara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com