Presiden Color of Change, rashad Robinson menyampaikan, sejak Color of Change dan mitra-mitranya masuk dalam kampanye pada 17 Juni lalu, sudah lebih dari 100 merek mengikuti langkahnya.
Baca juga: Suka Minum Coca-Cola? Ini Kisah Penemunya, John Pemberton
Sementara itu, aksi boikot menciptakan gelombang buruk untuk Facebook dan Instagram, sebab pengiklan besar bahkan tidak menghentikan pengeluaran iklan selama satu bulan dan memiliki efek besar pada garis bawah Facebook.
Ini menjadi polemik, lantaran sebagian besar pendapatan iklan perusahaan berasal dari direct-iklan respons dari bisnis kecil dan menengah.
"Kami menginvestasikan miliaran dollar setiap tahun untuk menjaga komunitas kami aman dan terus bekerja dengan para ahli dari luar untuk meninjau dan memperbarui kebijakan kami," ujar juru bicara Facebook kepada NBC News dalam menanggapi pengumuman Unilever.
"Kami tahu, kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan kami akan terus bekerja dengan kelompok-kelompok hak-hak sipil, GARM, dan para ahli lainnya untuk mengembangkan lebih banyak alat, teknologi, dan kebijakan untuk melanjutkan perjuangan ini," lanjut jubir tersebut.
Mengenai boikot iklan tersebut, Facebook tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait keputusan Coca-Cola.
Baca juga: Setelah KFC, Kini Coca-Cola Kerja Sama dengan Pizza Hut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.