KOMPAS.com - Baru-baru ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan kereta rel listrik (KRL) Solo-Jogja segera beroperasi.
"Kami sedang membangun elektrifikasi dari Jogja ke Solo. Secara bertahap akan kami operasikan," kata Direktur Jenderal Perkeretaappian Kemenhub Zulfikri di Solo, Jumat (26/6/2020), dikutip dari Antaranews.
Direncanakan KRL tersebut akan mulai beroperasi pada awal Oktober untuk rute Jogja-Klaten. Selanjutnya rute Jogja-Solo kemungkinan dapat dioperasikan pada akhir tahun.
KRL Solo-Jogja tersebut akan menggantikan Kereta Api (KA) Prambanan Ekspress (Prameks). Namun Kemenhub belum menyebutkan kepastian waktunya.
Sedangkan mengenai tarifnya, Zulfikri mengatakan direncanakan sama dengan Prameks, karena KRL Solo-Jogja menggantikan Prameks.
Prameks menjadi salah satu topik yang diperbincangkan di Twitter pada Sabtu (27/6/2020) pagi.
Banyak twit yang menceritakan kenangan mereka ketika naik Prameks. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Kabarnya KA Prameks akan berhenti beroperasi diakhir tahun ini, prameks dan suporter Sleman ini banyak kenangannya. Kereta ini pernah hancur saat disangka jadi kereta yang ditumpangi Sleman fans, Prameks juga seringkali jadi pilihan ketika Lempuyangan dan Tugu tidak kondusif.
— Penonton Umum (@northerncsl) June 27, 2020
Naik kereta pertama kali naik #Prameks , cukup 8000 udah bisa kabur2an dari Jogja ke solo ngilangin gabut terus pulangnya ambil jam 5 biar bisa liat sunset sama gunung Merapi gunung sumbing jejeran pic.twitter.com/Y4TUqMPxIJ
— Denok (@Denysh__) June 27, 2020
Kenangan naik Prameks itu,
— Ajengatmodjo (@Berlianajeng1) June 27, 2020
- Kalau berangkat dari Solo ambil dari St. Balapan, kalau berangkat dari Jogja ambil yang dari St. Tugu, soalnya biar dapet tempat duduk.
- Paling nggak suka kalau segerbong sama rombongan yang rempong. pic.twitter.com/5Cg7x89BOA
Dilansir Kompas.com, Jumat (28/9/2018), cikal bakal Prameks adalah kereta lokal rute Solo-Jogja yang beroperasi sejak 1960-an.
Saat itu namanya adalah Kereta Api Kuda Putih. Dinamai demikian karena di kepala kereta terdapat lambang 2 ekor kuda berbentuk hiasan kupu-kupu di atas kabin masinis.
Nama lainnya adalah Turangga Seta. Itu merupakan Kereta Rel Diesel (KRD) pertama di Indonesia.
Kereta bernomor seri MCDW 300 itu diproduksi oleh pabrikan Jerman sejumlah 7 buah.
Pada 1963, dalam satu rangkaian terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis.
KRD itu sekilas mirip seperti bus, jadi banyak yang menyebutnya rel bus.
Dengan panjang sekitar 18.690 mm, berat 32 ton, dan daya mesin 215 hp kereta ini dapat memacu tenaganya hingga 90 km/jam.
Sebagai kereta yang digunakan untuk jarak dekat dan menengah, eksistensi kereta ini populer ketika dekade 1970-an.
Masyarakat yang bekerja maupun melakukan perjalanan Jogja-Solo atau sebaliknya menggunakan kereta ini.