Besarnya jumlah pendukung pendapat dengan tagar tertentu dapat mengindikasikan luasnya dukungan terhadap isi pesan.
Baca juga: Foto dengan Tagar #WisudaLDR2020 Bikin Calon Wisudawan Sedih dan Sakit Hati
Firman berpandangan, realitas ini menciptakan sebuah keadaan yang disebut dengan post truth.
Dia menjelaskan, post truth merupakan suatu keadaan ketika kebenaran bukan bergantung pada substansi yang sebenarnya, melainkan besarnya jaringan pendukung yang disusun oleh emosi rasa.
Oleh karena itu, pihak yang terlibat dalam perang tagar akan mengerahkan kekuatannya untuk memperbanyak jumlah pendukung.
"Sehingga citra yang terbentuk, pendapatnyalah yang memperoleh dukungan luas," jelas dia.
Firman menyayangkan jika penggiringan opini berbasis kuantitas pendukung yang dijalankan dalam pelayanan publik.
Hal itu justru menghilangkan kepercayaan publik terhadap institusi saat kebenaran sejati terungkap.
"Misalnya dalam konteks tarif PLN ini, kenaikannya memang disebabkan oleh kerapnya orang berdiam di rumah, atau persepsi tentang tarif naik karena banyak yang bicara hal senada?" kata Firman.
"Karenanya, justru PLN harus menjelaskan dengan terang dan jujur, tentang hal yang sebenarnya terjadi. Bukan malah larut di tengah perang hastag ini," lanjut dia.
Di Twitter, ada pula yang mengunggah data dugaan penggunaan robot untuk menaikkan tagar tertentu yang mendukung PLN dalam merespons lonjakan tagihan listrik.
Namun, Public Relations PLN Intan Fahdiana membantah tuduhan tersebut.
"Tidak benar," kata Intan, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Jumat.
Menurut Firman, terkait tagar PLN, mereka yang perang tagar sesungguhnya mencoba mengajukan pendapat berdasarkan posisi pemahamannya masing masing.
"Belum tentu selalu berdasar data yang akurat. Tujuannya berpendapat, penjelasannya yang diterima publik dan segera tercapai keseimbangan opini publik," ujar Firman.
Baca juga: Merespons Tagar Indonesia Terserah, Ganjar: Jangan Menyerah, Jangan Pasrah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.