Pada 24 Oktober 2003, Concorde melakukan acara khusus seremonial sebagai pertanda penerbangan terakhirnya dari bandara internasional John F Kennedy di New York menuju ke bandara Heathrow, London.
Sementara untuk pesawat terbang angkut komersial “paling besar” diwakili oleh produk teknologi canggih produksi pabrik pesawat Airbus yaitu A-380. Pesawat ini, bila susunan kursinya dibuat seperti susunan kursi untuk keperluan mengangkut jemaah haji misalnya, maka kapasitasnya dapat mengangkut hampir 1.000 orang.
Sayangnya, sekali lagi kebutuhan pasar yang dihadapkan dengan “operating cost” ternyata tidak seindah ramalan semula. Sejak diproduksi tahun 2005 yang lalu, pabrik pesawat Airbus telah memutuskan untuk menghentikan produksinya di tahun 2021 mendatang.
Kabar mutakhir, dengan merebaknya virus corona Covid-19, maka hampir semua maskapai penerbangan yang menggunakan A-380 memutuskan meng-grounded armadanya sebagai akibat menurun drastisnya jumlah penumpang yang bepergian melalui udara.
Berikutnya dalam ajang persaingan “paling efisien”, dalam hal ini pesawat terbang yang lebih irit bahan bakar sekaligus ramah lingkungan alias “go-green”, dapat dirujuk pada produk Boeing 737-800 Max 8.
Pesawat terbang super modern dengan performance irit BBM dan ramah lingkungan ternyata harus terjungkal pula dengan kasus dua kecelakaan beruntun dalam tempo beberapa bulan saja.
Agak sedikit berbeda dengan yang dialami pada persaingan adu cepat dan adu besar pada pesawat Concorde dan Airbus 380, maka Boeing 737-800 Max 8 ditenggarai ada kesalahan dalam disain struktur pesawat yang berhubungan dengan sistem kendali otomatis, berkait dengan pemasangan jenis engine yang baru yang irit bahan bakar.
Dari ketiga kompetisi atau persaingan yang diuraikan di atas tadi, maka dicapai sebuah kesimpulan bahwa dalam membuat pesawat terbang dibutuhkan “integrated way of thinking” mencakup banyak hal untuk dapat sukses.
Tidak hanya keterpaduan multidisiplin dari aspek aerodinamika, propulsi atau mesin pesawat serta aircraft structure saja seperti pada awal Wright Brothers merancang pesawat terbang untuk pertama kali, akan tetapi ada beberapa hal lain yang harus turut dipertimbangkan.
Pada sisi lain , kegagalan tidaklah semata menghambat cita-cita karena kerap kali kegagalan justru membuka jalan lain yang menjadi lebih mudah dalam menggapai kesuksesan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.