Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Privilege dan Pengaruhnya terhadap Mobilitas Sosial Seseorang...

Kompas.com - 09/06/2020, 08:36 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan terkait privilege ramai diperbincangkan oleh warganet di media sosial Twitter, baru-baru ini. 

Pemicunya adalah twit mengenai kesuksesan seorang anak tukang becak yang berhasil meraih gelar Doktor di Inggris.

Berbicara terkait privilege, salah satu hal yang menarik adalah kaitannya dengan faktor penentu kesuksesan seseorang.

Baca juga: Saat Perusahaan Media Sosial Dinilai Tak Bisa Hentikan Hoaks yang Beredar...

Privilege atau hak istimewa sering diartikan sebagai hak-hak yang melekat pada diri seseorang sejak lahir dan membuatnya lebih mudah dalam menggapai kesuksesan.

Bentuk-bentuk privilege bermacam-macam, namun secara umum seseorang dianggap memiliki privilege bila berasal dari keluarga yang mapan, memiliki akses pendidikan, dan menikmati jaminan kesehatan.

Singkatnya, hidup nyaman dan bisa fokus mengejar kesuksesan.

Baca juga: Ramai di Twitter soal Tagihan Listrik Naik, Ini Penjelasan PLN...

Berikut salah satu unggahan terkait privilege di Twitter.

Baca juga: Viral Twit soal Kondisi Tubuh Ketika Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Dokter

Unggahan ini disertai caption yang menyebut bahwa privilege tidak berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang, tetapi kesuksesan dipengaruhi oleh usaha dan kerja keras.

Warganet kemudian menanggapinya dengan argumen kontra.

Bahwa satu contoh kesuksesan tidak bisa digunakan untuk melegitimasi bahwa privilege tidak berpengaruh dalam menentukan kesuksesan.

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan

Perbincangan semakin ramai setelah Jerome Polin Sijabat, salah satu influencer dengan follower cukup banyak di Twitter, ikut memberikan pandangannya mengenai privilege.

Baca juga: Viral, Video Sapi Masuk ke Toko Handphone di Kudus, Pemiliknya Masih Tanda Tanya

Jerome Polin mulai dikenal publik sejak dirinya aktif membuat konten tentang kehidupannya di Jepang lewat platform YouTube. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa di Waseda University, Jepang.

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Anak-anak miskin pendapatannya lebih rendah

Unggahan Jerome Polin kemudian ditanggapi oleh The SMERU Research Institute, sebuah lembaga riset independen yang didirikan sejak 2001 dan berfokus pada penelitian serta kajian kebijakan publik.

Lembaga tersebut menyampaikan hasil studi mereka terkait hubungan hubungan sebab-akibat antara hidup miskin saat anak-anak dan pendapatan mereka saat dewasa. Studi ini telah dterbitkan di ADB Institute, sebuah lembaga think tank terkemuka di Asia.

Dalam studi berjudul Effect of Growing Up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia, The SMERU Research Institute mengambil sampel anak-anak yang berusia 8–17 tahun pada tahun 2000. Sebanyak 17 persen dari sampel tersebut merupakan anak dari keluarga miskin.

Lembaga itu kemudian melihat pendapatan mereka pada 2014, saat mereka telah berusia 22–31 tahun. 

Hasilnya, anak-anak dari keluarga miskin memiliki pendapatan sekitar 87 persen lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga sejahtera saat mereka dewasa. 

Baca juga: Catat, Berikut 6 Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran 8 Juni dan Linknya!

Setiap orang berhak untuk kesempatan yang sama

Sementara itu, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Arie Sujito menjelaskan, terkait masalah privilege dan kesetaraan hak yang dimiliki oleh semua orang untuk bisa sukses.

Selama ini ada permasalahan yang disebut sebagai problem struktural.

"Anaknya orang miskin, dia akan miskin terus ketika dia terbebani. Sejak kecil harus bekerja, akhirnya tidak punya kesempatan sekolah. Kalaupun dia punya kesempatan sekolah, tidak optimal," kata Arie saat dihubungi Kompas.com, baru-baru ini.

Arie menyebut ini sebagai kemiskinan struktural atau berantai. Ia juga menyebut negara memiliki tanggung jawab untuk memutus rantai kemiskinan itu.

Baca juga: Di Indonesia, Anak Miskin akan Tetap Miskin Ketika Dewasa

Negara perlu melakukan afirmasi terhadap kelompok-kelompok miskin, dengan pemberian bantuan dan subsidi, sehingga mereka mampu bersaing dengan kelompok-kelompok yang "berada". 

Poin utamanya adalah, memberi mereka kesempatan terhadap akses yang sama.

Menurut Arie, ketika negara memiliki sistem yang bisa melindungi warga negaranya, mulai dari pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan maka warga negara akan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesuksesan.

"Kalau kerja keras, dia berkompetisi dan ada hak yang sama, maka dia bisa sukses. Namun, kalau dia bekerja keras tetapi selalu menghadapi beban struktural, seperti mencari akses bantuan susah, untuk bersaing juga dihambat, dan ada diskriminasi, itu melahirkan yang disebut kemiskinan karena beban sistemik," kata Arie.

Menurutnya, negara memiliki tugas sesuai dengan konstitusi yakni membuka kran untuk memenuhi hak warga negara. Negara harus adil sehingga menciptakan peluang mobilitas sosial.

"Liberalisasi seringkali menciptakan ketidakadilan baru, karena itu negara harus memiliki komitmen. Kalau hanya kerja keras saja tapi rantai yang membuat kemiskinan sistemik itu tidak dipotong maka permasalahan tidak akan selesai," kata Arie.

Baca juga: Melihat Unjuk Rasa Kasus George Floyd di Berbagai Negara...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com