Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
David S Perdanakusuma
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP-RE(K) adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.

Perang Imajiner Menghadapi Seribu Wujud Covid-19

Kompas.com - 09/05/2020, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbagai konsekuensi akan dijumpai dalam rangka berjuang mempertahankan hidup termasuk tidak dapat berjumpa atau terpisah dengan keluarga.

Ada kerinduan yang dipendam, ada rasa kehilangan terhadap ketidakhadiran keluarga atau orang dekat yang biasanya ada di sekeliling.

Berbagai situasi sulit akan dihadapi pula dalam upaya mencari keselamatan untuk hidup atau melawan musuh seperti misalnya kekurangan pangan.

Bila di hutan, sumber pangan dicari dari apa yang ada di hutan misalnya buah dan daun. Air hujan atau air sungai sudah merupakan sumber yang berharga untuk bisa diminum dalam situasi bertahan hidup.

Hidangan normal seperti nasi dengan lauk pauk, kue, roti, dan berbagai jajanan bukanlah hal yang bisa diharapkan dalam situasi perang ini.

Walau tidak seperti di hutan, semua yang ada dalam keterbatasan disyukuri sebagai rezeki penyambung kehidupan.

Kebebasan untuk keluar rumah atau masuk ke area peperangan bertemu musuh menjadi terbatas untuk dilakukan dalam situasi ini.

Kegiatan seperti belanja, berjualan, ke sekolah, ke kantor, berkunjung atau bepergian ke tempat yang kurang penting menjadi suatu pantangan dan tidak perlu dilakukan karena seolah-olah menghampiri bahaya risiko sakit bahkan maut.
Jangan mengandalkan pada keberuntungan dan jangan pula meremehkan dan percaya diri berlebihan bahwa tidak akan tertular.

Perjuangan harus dijalani untuk bertahan hidup dan berharap masih dapat menghirup udara esok hari. Ini menimbulkan adanya penerimaan terhadap ketidaknyamanan dan penderitaan yang dialami.

Menganggap pandemi sebagai situasi peperangan hendaknya dapat dijadikan sebagai penguat mental menghadapi situasi yang penuh keterbatasan dan penderitaan. Harus diperjuangkan dan dilakukan banyak penyesuaian untuk melalui masa sulit yang tidak nyaman ini.

Diperlukan perjuangan agar peperangan ini dapat segera berakhir dengan kemenangan rakyat sehingga kehidupan menjadi normal kembali.

Faktor manusianya

Untuk itu penting untuk berjuang untuk tidak mengundang musuh atau tidak mengajak ke tempat yang semestinya aman dan juga berupaya menghalau musuh dengan menjaga jarak.

Musuh sebenarnya hanya ada di jalan, di tempat umum, dan di rumah sakit. Musuh tidak akan masuk ke dalam rumah apalagi menyakiti keluarga bila tidak diundang atau dibawa masuk.

Bila musuh dibiarkan saja di luar dan terkucil, tidak diundang untuk terus berada di sekitar masyarakat, maka dia akan pergi dan hilang dengan sendirinya. Manusia adalah bantuan untuk musuh tersebut terus ada, berkembang, dan menular.

Musuh sebenarnya tidak punya tujuan menang maupun berkuasa. Musuh hanya menempel dan masuk ke area vital tubuh yaitu saluran pernafasan. Ini akan membuat sakit dan kemudian menular ke orang lain sehingga sakit bahkan meninggal.

Sejumlah penumpang menggunakan masker dan duduk berjarak di dalam gerbong KRL Commuter Line, Stasiun Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/4/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kota Bogor, pengguna KRL Commuter Line masih berjalan normal dengan setiap jadwal keberangkatan memiliki jeda sekitar 5 hingga 10 menit dan pembatasan jumlah penumpang pada setiap gerbong.ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH Sejumlah penumpang menggunakan masker dan duduk berjarak di dalam gerbong KRL Commuter Line, Stasiun Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/4/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kota Bogor, pengguna KRL Commuter Line masih berjalan normal dengan setiap jadwal keberangkatan memiliki jeda sekitar 5 hingga 10 menit dan pembatasan jumlah penumpang pada setiap gerbong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com