Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
David S Perdanakusuma
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP-RE(K) adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.

Perang Imajiner Menghadapi Seribu Wujud Covid-19

Kompas.com - 09/05/2020, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


INDONESIA sedang dilanda bencana wabah Covid-19 yang juga menyerang seluruh dunia. Angka kesakitan dan kematian terus bertambah setiap hari.

Seluruh rakyat menjalani masa penuh kesulitan dengan ketidakpastian akhir masa pandemi. Situasi ini mirip kondisi perang melawan tentara musuh yang tidak kasat mata, siap menyakiti dan mematikan tanpa ampun siapa saja yang bersentuhan dengan dirinya.

Tentara musuh tidak tampak menakutkan, menyeramkan atau beringas dengan membawa senjata mematikan.

Musuh yang berkeliaran menempel pada berbagai macam wujud, bisa siapa saja orang yang dikenal dekat seperti keluarga sendiri seperti ayah, ibu, suami, istri, anak, dan keluarga lain maupun wujud orang dikenal lain seperti atasan, karyawan, teman sekerja, rekan bisnis, relasi, dan juga orang yang tidak dikenal yang bertemu karena suatu keperluan atau sekedar berpapasan tanpa persoalan permusuhan.

Terjadi penularan secara langsung dari manusia maupun tidak langsung melalui benda di sekitar. Bisa tampak dalam seribu wujud yang berbeda.

Akibat yang ditimbulkan adalah sakit dengan cepat menular dan bisa fatal. Kondisi tidak tampaknya wujud asli musuh inilah yang membuat masih ada kesan abai dan meremehkan.

Membayangkan perang sesungguhnya

Andaikan situasi saat ini secara imajiner dianggap seperti perang yang sesungguhnya: Tentara musuh yang ganas berkeliaran di mana-mana, tidak pandang bulu akan menyerang siapa saja, laki-laki maupun wanita, anak atau dewasa, tua maupun muda, kaya atau miskin, pejabat atau pegawai, pedagang atau petani dan bertindak kejam tanpa ampun di kota maupun desa.

Maka akan timbul rasa takut dan tidak aman yang mencekam.

Siapa pun tidak akan berani menghadapinya secara gegabah, kecuali tentara yang telah dilatih dan dipersenjatai untuk melawan tentara musuh tersebut. Dalam kondisi ini adalah dokter dan petugas kesehatan.

Dalam situasi perang, dorongan untuk menyelamatkan diri merupakan suatu respons alami manusiawi dan muncul spontan pada setiap individu.

Ini merupakan bagian dari mempertahankan hak hidup dengan mencari cara menghindar, bersembunyi atau mencari perlindungan agar tidak menjadi korban.

Sebanyak 30 pedagang di Pasar Simo dan Pasar Simo Gunung, Surabaya menjalani tes cepat atau rapid test setelah ditemukan ada dua pedagang berstatus positif Covid-19 dan meninggal dunia, Kamis (7/5/2020).Dok. Pemkot Surabaya Sebanyak 30 pedagang di Pasar Simo dan Pasar Simo Gunung, Surabaya menjalani tes cepat atau rapid test setelah ditemukan ada dua pedagang berstatus positif Covid-19 dan meninggal dunia, Kamis (7/5/2020).

Semua akan menghindar karena takut ditangkap, disakiti, atau ditembak sehingga akan melakukan upaya sendiri untuk berlindung, bersembunyi, atau mengungsi di tempat yang aman seperti di dalam rumah, di ruang bawah tanah, ke hutan atau ke gunung.

Respons spontan ini bisa terjadi dengan sendirinya tanpa perintah namun dapat pula karena arahan pemerintah untuk mencari tempat perlindungan.

Berbagai upaya untuk bertahan hidup adalah bentuk perjuangan yang akan muncul saat bertempur menghadapi musuh dengan tujuan menang.

Situasi tidak normal

Dalam situasi darurat peperangan, akan berlaku situasi tidak normal, keluar dari zona nyaman, perlu penyesuaian dengan bersembunyi, menghindari atau melawan tentara musuh.

Berbagai konsekuensi akan dijumpai dalam rangka berjuang mempertahankan hidup termasuk tidak dapat berjumpa atau terpisah dengan keluarga.

Ada kerinduan yang dipendam, ada rasa kehilangan terhadap ketidakhadiran keluarga atau orang dekat yang biasanya ada di sekeliling.

Berbagai situasi sulit akan dihadapi pula dalam upaya mencari keselamatan untuk hidup atau melawan musuh seperti misalnya kekurangan pangan.

Bila di hutan, sumber pangan dicari dari apa yang ada di hutan misalnya buah dan daun. Air hujan atau air sungai sudah merupakan sumber yang berharga untuk bisa diminum dalam situasi bertahan hidup.

Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan 1600 liang lahat untuk jenazah yang meninggal karena Covid-19dok. Humas Pemkab Tangerang Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan 1600 liang lahat untuk jenazah yang meninggal karena Covid-19

Hidangan normal seperti nasi dengan lauk pauk, kue, roti, dan berbagai jajanan bukanlah hal yang bisa diharapkan dalam situasi perang ini.

Walau tidak seperti di hutan, semua yang ada dalam keterbatasan disyukuri sebagai rezeki penyambung kehidupan.

Kebebasan untuk keluar rumah atau masuk ke area peperangan bertemu musuh menjadi terbatas untuk dilakukan dalam situasi ini.

Kegiatan seperti belanja, berjualan, ke sekolah, ke kantor, berkunjung atau bepergian ke tempat yang kurang penting menjadi suatu pantangan dan tidak perlu dilakukan karena seolah-olah menghampiri bahaya risiko sakit bahkan maut.
Jangan mengandalkan pada keberuntungan dan jangan pula meremehkan dan percaya diri berlebihan bahwa tidak akan tertular.

Perjuangan harus dijalani untuk bertahan hidup dan berharap masih dapat menghirup udara esok hari. Ini menimbulkan adanya penerimaan terhadap ketidaknyamanan dan penderitaan yang dialami.

Menganggap pandemi sebagai situasi peperangan hendaknya dapat dijadikan sebagai penguat mental menghadapi situasi yang penuh keterbatasan dan penderitaan. Harus diperjuangkan dan dilakukan banyak penyesuaian untuk melalui masa sulit yang tidak nyaman ini.

Diperlukan perjuangan agar peperangan ini dapat segera berakhir dengan kemenangan rakyat sehingga kehidupan menjadi normal kembali.

Faktor manusianya

Untuk itu penting untuk berjuang untuk tidak mengundang musuh atau tidak mengajak ke tempat yang semestinya aman dan juga berupaya menghalau musuh dengan menjaga jarak.

Musuh sebenarnya hanya ada di jalan, di tempat umum, dan di rumah sakit. Musuh tidak akan masuk ke dalam rumah apalagi menyakiti keluarga bila tidak diundang atau dibawa masuk.

Bila musuh dibiarkan saja di luar dan terkucil, tidak diundang untuk terus berada di sekitar masyarakat, maka dia akan pergi dan hilang dengan sendirinya. Manusia adalah bantuan untuk musuh tersebut terus ada, berkembang, dan menular.

Musuh sebenarnya tidak punya tujuan menang maupun berkuasa. Musuh hanya menempel dan masuk ke area vital tubuh yaitu saluran pernafasan. Ini akan membuat sakit dan kemudian menular ke orang lain sehingga sakit bahkan meninggal.

Sejumlah penumpang menggunakan masker dan duduk berjarak di dalam gerbong KRL Commuter Line, Stasiun Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/4/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kota Bogor, pengguna KRL Commuter Line masih berjalan normal dengan setiap jadwal keberangkatan memiliki jeda sekitar 5 hingga 10 menit dan pembatasan jumlah penumpang pada setiap gerbong.ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH Sejumlah penumpang menggunakan masker dan duduk berjarak di dalam gerbong KRL Commuter Line, Stasiun Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/4/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kota Bogor, pengguna KRL Commuter Line masih berjalan normal dengan setiap jadwal keberangkatan memiliki jeda sekitar 5 hingga 10 menit dan pembatasan jumlah penumpang pada setiap gerbong.

Jadi, musuh tidak bergerak sendiri. Tidak ada niat musuh untuk menyakiti. Bila difasilitasi untuk mengarah dan mengeram pada area pernafasan, musuh tersebut akan membuat sakit dan kemudian bisa berakhir sama-sama kalah dan fatal, yaitu akan mati bersama dengan manusia yang dihinggapinya.

Musuh punya masa untuk dapat bertahan hidup bila dibawa oleh manusia dan membuat sakit. Musuh sebenarnya tidak berdaya bila dibiarkan saja, tidak dibantu, tidak diundang, tidak dipindahkan oleh manusia. Musuh akan berhenti sendiri.

Jadi faktor manusialah yang ikut membantu musuh itu tetap ada.

Bila semua sepakat, kompak, dan bersemangat untuk tidak memberi peluang menang bagi musuh, kemenangan telak akan dengan sendirinya diraih tanpa pertempuran fisik, tanpa pertumpahan darah, tanpa bambu runcing, tanpa golok, tanpa pistol, tanpa tank dan meriam.

Jalan menuju kemenangan melawan musuh tak kasat mata yang menempel pada berbagai wujud adalah gerakan rakyat semesta berjuang bersama.

Hal tersebut meliputi penyesuaian dengan keadaan peperangan, pemahaman bahwa situasi tidak normal sedang terjadi.

Kesadaran bahwa batasan yang ada merupakan bagian dari perjuangan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan menyelamatkan diri dengan upaya menjaga jarak, tetap berada di rumah, dan selalu mencuci tangan menjaga kebersihan.

Serta berupaya melokalisir dengan tidak memindahkan penyakit ke daerah yang masih aman.

Semoga peperangan ini dapat kita menangkan bersama. Salam sehat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com