Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1 Juta Kasus Positif, AS Izinkan Gunakan Remdesivir sebagai Obat Covid-19

Kompas.com - 02/05/2020, 14:43 WIB
Mela Arnani,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah mengizinkan penggunaan obat ebola, remdesivir untuk pengobatan darurat virus corona.

Melansir BBC, Sabtu (2/5/2020), obat tersebut dapat digunakan pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah.

Baru-baru ini, sebuah uji klinis menunjukkan obat tersebut membantu mempersingkat waktu pemulihan pasien yang berada dalam kondisi sakit parah.

Baca juga: Longgarkan Lockdown, Ini Catatan Kasus Virus Corona di Arab Saudi

Namun otorisasi FDA tidak sama dengan persetujuan formal, yang membutuhkan tingkat tinjauan lebih tinggi.

Para ahli juga memperingatkan bahwa obat tersebut yang pada awalnya dikembangkan untuk mengobati penyakit ebola dan diproduksi oleh perusahaan farmasi Gilead, tidak boleh dilihat sebagai satu-satunya alternatif untuk obat virus corona. 

Baca juga: Khawatir Bawa Virus Corona, Warga Tolak Kapal dari Halmahera Berlabuh

Selama pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Oval Office, Kepala Eksekutif Gilead Daniel O'Day mengatakan, otorisasi FDA menjadi langkah pertama yang penting.

Ia menyampaikan, perusahaanya akan menyumbangkan 1,5 juta botol obat remdesivir. 

Sementara itu, Komisaris FDA Stephen Hahn menuturkan, ini merupakan terapi resmi pertama untuk Covid-19.

Baca juga: Terdampak Corona, Pemkab Semarang Gratiskan Biaya Sewa Rusunawa

Remdesivir

Dalam uji klinisnya, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) AS menemukan, remdesivir memangkas durasi gejala dari 15 hari menjadi 11 hari.

Percobaan dilakukan dengan melibatkan 1.063 orang di rumah sakit di seluruh dunia.

Beberapa diberi obat dan yang lain diberikan pengobatan plasebo (dummy).

Baca juga: Percaya Karunia Tuhan, Ibu di NTT Ini Tolak Bantuan Sembako Saat Wabah Corona Melanda

Dr Anthony Fauci dari NIAID, menjelaskan bahwa remdesivir berdampak positif dalam mengurangi waktu pemulihan.

Meskipun redemsivir dapat membantu pemulihan dan mungkin menghentikan orang yang harus dirawat pada perawatan intensif, uji coba tersebut tidak memberikan indikasi yang jelas apakah dapat mencegah kematian akibat virus corona.

Baca juga: Mereka yang Kelaparan dan Bangkit di Tengah Wabah Corona...

Jumlah kasus virus corona di AS 

Seperti kita tahu, AS menjadi negara dengan kasus terinfeksi virus corona terbanyak di seluruh dunia.

Data yang dihimpun worldometers, menunjukkan sebanyak 1.131.492 orang di AS telah terpapar virus SARS-CoV-2., dengan 462 kasus baru. Tingkat kematiannya pun tertinggi dibandingkan negara-negara lain.

Baca juga: Apakah Virus Corona pada Pasien yang Telah Sembuh Benar-benar Hilang?

Virus corona yang pertama kali diidentifikasi di China ini telah menewaskan 65.776 orang dengan 23 kasus kematian baru.

Secara global, virus tersebut telah menginfeksi 3.402.018 orang dengan 239.622 orang di antaranya meninggal dunia.

Adapun jumlah kasus yang dinyatakan sembuh dari virus ini sebanyak 1.083.901 orang.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Muncul Ruam pada Kaki Pasien Positif Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baru Seminggu, Jaring Hitam Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Banyak Dilubangi Wisatawan

Baru Seminggu, Jaring Hitam Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Banyak Dilubangi Wisatawan

Tren
Menilik Program Mirip Tapera di China, Iuran Wajib, Dipotong dari Gaji Bulanan

Menilik Program Mirip Tapera di China, Iuran Wajib, Dipotong dari Gaji Bulanan

Tren
Perjalanan Tapera, Digulirkan Saat Era SBY dan Kini Dijalankan Jokowi

Perjalanan Tapera, Digulirkan Saat Era SBY dan Kini Dijalankan Jokowi

Tren
Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Tren
Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Tren
Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Tren
Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com