Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona: 5 Cara Pandemik Covid-19 Mengubah Industri Makanan Dunia

Kompas.com - 15/04/2020, 12:17 WIB
Virdita Rizki Ratriani

Penulis

KOMPAS.com - Ketika populasi dunia terkurung dalam lockdown,  unggahan di media sosial dipenuhi dengan cerita tentang kekurangan pasokan bahan pangan di supermarket lokal.

Tetapi dengan banyaknya restoran dan hotel tutup selama wabah virus corona, produsen makanan memperingatkan bahwa mereka sebenarnya memiliki kelebihan stok yang akan terbuang sia-sia.

Melansir BBC, Senin (13/4/2020), ini adalah beberapa cara pandemik virus corona berdampak pada rantai pasokan makanan di seluruh dunia:

Baca juga: Kiat Anti-Boros Jajan Makanan di Masa Pandemi Covid-19

1. Susu terbuang

Suasana kandang sapi perah Desa Susu (Dairy Village), Ciater, Jawa Barat, Selasa (11/12/2018). Peternakan sapi perah mandiri modern dan berkelanjutan pertama di Indonesia ini merupakan kerjasama Frisian Flag Indonesia dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara Lembang.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Suasana kandang sapi perah Desa Susu (Dairy Village), Ciater, Jawa Barat, Selasa (11/12/2018). Peternakan sapi perah mandiri modern dan berkelanjutan pertama di Indonesia ini merupakan kerjasama Frisian Flag Indonesia dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara Lembang.

Sejumlah kedai kopi yang tutup selama wabah virus corona mengakibatkan adanya kelebihan pasokan susu sebagai efek samping nyata dari pandemik ini.

Peternak sapi perah Amerika, koperasi susu terbesar di negara itu, memperkirakan bahwa para petani harus membuang 3,7 juta galon (14 juta liter) susu setiap hari karena jalur distribusi yang terganggu. 

Masalah ini tidak hanya terjadi di AS, peternak sapi perah di Inggris meminta bantuan pemerintah karena masalah surplus susu di negara tersebut.

Peter Alvis, Ketua Royal Association of British Dairy Farmers, mengatakan, sekitar lima juta liter susu per minggu berisiko terbuang. 

Dia memperingatkan, para peternak yang harus mengurangi produksi atau membuang kelebihan susu mereka dihadapkan dengan dampak ekonomi yang parah di tengah margin yang sudah ketat.

Baca juga: Kendala Baru Saat PSBB, Ojol Mulai Kesulitan Ambil Order Makanan

2. Hasil pertanian tak terserap pasar

Suasana di Kebun Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang.Dok. PTPN XII Suasana di Kebun Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang.

Adanya pembatasan aktivitas di sejumlah wilayah berdampak pada semua bidang pertanian.

Beberapa produsen telah mencoba untuk memasok ke pelanggan mereka, tetapi perubahan permintaan di pasar dan kelebihan stok tetap menjadi masalah di seluruh sektor.

The New York Times, yang mewawancarai beberapa produsen AS, mengutip contoh satu peternak ayam harus menghancurkan 750.000 telur yang belum menetas setiap minggu.

Mereka juga berbicara dengan seorang petani bawang yang harus membiarkan sebagian besar panennya membusuk, tidak dapat mendistribusikan bawang merahnya dengan kualitas yang cukup tinggi dan tanpa fasilitas penyimpanan.

Di India, petani teh memperingatkan bahwa lockdown telah menyebabkan tanaman Darjeeling mereka yang berharga menjadi sia-sia atau terbuang. 

Baca juga: Hobi Konsumsi Makanan Kaleng? Waspadai Bahayanya

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa 'Santo Suruh' yang Unik

[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa "Santo Suruh" yang Unik

Tren
Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Tren
Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Tren
4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

Tren
Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Tren
Ada 'Andil' AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Ada "Andil" AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Tren
Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Tren
Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Tren
Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Tren
Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com