Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Garin Nugroho

Lebih dari 65 penghargaan film diraihnya dari berbagai festival international dan Indonesia. Karyanya meluas dari film, teater, dance hingga instalasi Art .

Garin mendapatkan penghargaan peran budaya tertinggi dari berbagai negara: pemerintah Perancis (Ordre des Arts et des Lettres), Italia (Stella D'Italia Cavaliere) hingga Presiden Indonesia dan Honorary Award Singapura International Film Festival, Life Achievement Award dari Bangkok International Festival, walikota kota Roma hingga Vaseoul - Perancis hingga kota Yogyakarta.

Tercatat sebagai pelopor generasi film pasca 1990. Selain berkarya, ia menumbuhkan beragam festival seni, menulis buku, kolom Kompas dan Tempo maupun menumbuhkan NGO untuk demokrasi.

Ia pengajar S2 dan S3 di ISI Solo dan Yogyakarta.

Hentikan Dukung Mendukung Politik, Musuh Bersama Kita adalah Corona!

Kompas.com - 04/04/2020, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JUDUL di atas adalah seruan keprihatinan seorang Bapak di Jogja yang disampaikan pada saya melalui sambungan telepon. Ia meminta saya menyerukan soal ini karena menganggap saya cukup punya kenalan dan pengaruh di elite politik.

Bapak itu marah dan prihatin melihat keramaian di media sosial soal Corona masih tak lepas dari politik Pemilu dukung mendukung Jokowi, Ahok, Anies dan Prabowo.

Akibat politik dukung mendukung, bangsa ini kehilangan obyektivitas kritis menilai kerja pemecahan masalah Corona serta manfaat bagi warga. Komentar-komentar yang bertebaran di medsos cenderung menilai azas manfaat untuk mendukung citra tokoh yang didukungnya, layaknya budaya fans (penggemar) pada Diva, bukan lagi warga pada negarawan.

Masyarakat opera sabun

Dalam buku kumpulan tulisan esai saya di Harian Kompas bertajuk “Negara Melodrama “ (Maret 2019), saya menekankan kecenderungan masyarakat kita sebagai masyarakat melodrama, sebuah rumus penting tontonan opera sabun di televisi yang sudah menjadi virus terbesar kehidupan sehari-hari.

Dalam mayarakat opera sabun, seperti layaknya rumus melodrama , segalanya hitam putih, stereotip, serba pro-kontra serta vulgar. Segalanya menjadi drama, logika terkalahkan emosi.

Tokoh -tokoh utama dibangun serba hitam putih alias baik dan buruk. Segalanya dijalankan dalam siklus penuh konflik, tidak terselesaikan dengan berbagai tema. Pada gilirannya melahirkan budaya fans (penggemar) yang fanatik pada bintangnya.

Sesungguhnya, kajian poltik dan budaya dalam perspektif opera sabun bertumbuh seiring periode awal bertumbuhnya masa emas opera sabun di Amerika sekitar 50-70 an.

Kata “ opera sabun “ dimunculkan ketika salah satu merk sabun mandi menjadi sponsor . Bisa diduga, opera sabun memang ditujukan untuk mengelola psikologi tontonan ibu-ibu di rumah . Sebuah tontonan yang bisa digosipkan dan menjadi ruang pelepasan emosi ibu-ibu .

Harus dicatat, opera sabun Indonesia menjamur seiring lahirnya televisi swasta pasca 1990,lewat awalnya seri “Dynasti“ dari Amerika hingga “Maria Marcedes“ Mexico dan kini Korea.

 

Ilustrasi demokrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi demokrasi.

Dengan kata lain, sudah 30 tahun warga bangsa bertumbuh menjadi masyarakat opera sabun.

Bisa diduga dalam kajian media, politik menjadi tontonan dalam perspektif serba opera sabun, yakni menjamurnya politik dukung mendukung tokoh utama.

Akibatnya, seringkali mencintai tokoh politik bukan lagi sebagai warga kepada negarawan, tetapi penggemar (fans) pada bintangnya.

Modal sosial

Opera sabun tidaklah hanya sekumpulan gambar dengan cerita dan membawa bintang, namun membawa simbol, makna dan semacam identitas kepahlawanan di tengah berbagai konflik dan krisis yang serba melodrama.

Harap mahfum, dalam masyarakat melodrama, bertumbuh emosi empati sosial yang sangat besar, menjadi modal sosial di tengah krisis kemanusiaan Corona sekarang ini.

Celakanya, meski empati sosial menjadi modal sosial terbesar bangsa ini, itu senantiasa beriringan dengan menjamurnya dunia gosip dan hoaks.

Hal ini, bisa dibaca, meski media sosial penuh hoaks, namun menjamur kerja sosial warga bangsa, dari bantuan sembako hingga peralatan perlindungan kesehatan ataupun menumbuhkan jejaring informasi dan pengamanan virus Corona. Sebuah dunia kerja sosial yang banyak memberi inovasi dan pembelajaran.

Oleh karena itu, sekarang tidak lagi saatnya kita terkena virus politik dukung mendukung tokoh-tokoh elite tertentu ataupun politikus yang bekerja untuk citranya.

Sekarang saatnya bekerja dan mengkritisi pelayanan dukungan pada warga bangsa, justru ketika modal sosial menjadi kekuatan terbesar bangsa ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com