Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Ramai–ramai Lockdown, Apakah Ini Langkah yang Tepat?

Kompas.com - 30/03/2020, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LEBIH baik saya dibenci warga daripada maut menjemput mereka."

Kalimat itu dilontarkan Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono saat mengumumkan keputusannya melakukan local lockdown.

Dedy menutup akses keluar masuk Kota Tegal mulai 30 Maret 2020 hingga 30 Juli 2020.

Langkah berani ini diambil menyusul adanya warga Kota Tegal yang positif terjangkit Virus Corona (Covid-19).

Langkah menutup diri ini dilakukan guna mencegah penyebaran virus mematikan ini masuk ke wilayahnya. Pasalnya, dengan adanya pasien positif Corona, Kota Tegal sudah masuk zona merah darurat Corona.

Tak sendiri

Dedy tak sendiri. Selain dia, sejumlah kepala daerah juga melakukan langkah serupa.

Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman juga menutup wilayahnya atau local lockdown. Itu dilakukan setelah ada lima kasus positif virus corona di sana.

Pemberlakuan local lockdown tersebut akan dimulai pada Selasa (31/3/2020). Menurut dia, seluruh angkutan umum atau sarana transportasi akan dilarang memasuki Kota Tasikmalaya.

Sebelumnya, Papua sudah lebih dulu menutup pintu masuk utamanya, yaitu Bandara Sentani. Bandara Sentani ditutup sejak Kamis (26/3/2020) hingga 9 April mendatang.

Kebijakan itu merupakan keputusan bersama antara Forkompinda Provinsi Papua dengan bupati dan wali kota se-Papua.

Kapolres Jayapura AKBP Victor Makbon, dikutip dari Kompas.com, Kamis (26/3/2020) mengatakan, penutupan pintu masuk utama ke tanah Papua itu sebagai langkah pencegahan penyebaran Virus Corona yang mulai merambah Papua.

Tak hanya kota besar, sejumlah dusun di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan local lockdown secara mandiri.

Pemerintah Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah menerapkan local lockdown untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19), Sabtu (28/3/2020).KOMPAS.COM/Dok. Pemdes Gunungwuled Pemerintah Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah menerapkan local lockdown untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19), Sabtu (28/3/2020).

Mereka membatasi akses keluar masuk orang. Cara yang dilakukan pun beragam, mulai dari menutup pintu masuk dusun, mendirikan portal, melakukan penjagaan hingga memasang berbagai poster yang isinya melarang orang luar masuk ke wilayahnya guna menghindari penyebaran Virus Corona.

Respons pemerintah

Pemerintah berbeda pendapat terkait aksi local lockdown yang dilakukan sejumlah kepala daerah.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, langkah yang diambil Pemerintah Provinsi Papua dengan menutup akses masuk dan keluar daerah tersebut bukan untuk menutup diri.

Menurut dia, kebijakan yang dilakukan Pemprov Papua itu hanya mencegah meningkatnya jumlah pasien yang terjangkit Virus Corona.

Namun, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengaku tak setuju dengan kebijakan penutupan wilayah, termasuk yang dilakukan Pemprov Papua.

Mantan Kapolri ini mengatakan, yang diperintahkan pemerintah pusat ke daerah dalam rangka pencegahan penularan Covid-19 bukan penutupan arus transportasi/perhubungan suatu wilayah dengan wilayah lain, namun membatasi atau melarang adanya kerumunan orang.

Terus meningkat

Sementara, kasus orang yang terpapar dan terjangkit Virus Corona terus meningkat.

Tak hanya itu, sebaran kasus pasien yang terjangkit virus ini juga semakin meluas.

Hingga hari Minggu (29/3/2020), jumlah pasien corona bertambah 130 kasus.

Dengan penambahan ini, total menjadi 1.285 kasus.

Jumlah pasien yang meninggal juga bertambah 12 sehingga total sudah ada 114 pasien Corona yang meninggal dunia.

Petugas medis malakukan rapid test covid-19 dari sampel darah yang telah diambil secara door to door dari sejumlah kecamatan di stadion Patriot Candrabhaga, kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (26/3/2020). Sampel darah yang diambil secara door to door di sejumlah kecamatan oleh petugas medis dan diantar ke stadion Patriot Candrabhaga untuk dilakukan rapid test. ANTARAFOTO/Paramayuda/hp.ANTARA FOTO/Paramayuda Petugas medis malakukan rapid test covid-19 dari sampel darah yang telah diambil secara door to door dari sejumlah kecamatan di stadion Patriot Candrabhaga, kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (26/3/2020). Sampel darah yang diambil secara door to door di sejumlah kecamatan oleh petugas medis dan diantar ke stadion Patriot Candrabhaga untuk dilakukan rapid test. ANTARAFOTO/Paramayuda/hp.

Sementara pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah lima orang sehingga total yang sudah dinyatakan negatif Covid-19 sebanyak 64 orang.

Dari sisi sebaran, virus ini juga semakin meluas dan merata. Dari 34 provinsi, 30 nya sudah terjangkit virus ini mulai dari DKI Jakarta hingga Papua.

Kabarnya, pemerintah pusat sedang menyiapkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur perihal karantina wilayah.

Beleid ini nantinya yang akan menjadi dasar bagi pemerintah pusat dan daerah melakukan karantina. Ini dilakukan agar pemerintah daerah tak membuat kebijakan sendiri-sendiri serta ada alas hukum yang jelas.

Mengapa sejumlah kepala daerah melakukan lockdown?

Apakah itu merupakan langkah yang tepat menangkal penyebaran Virus Corona?

Bagaimana respons pemerintah terkait langkah para kepala daerah yang mengunci wilayahnya tersebut?

Dan benarkah pemerintah akan segera melakukan lockdown guna menangani Virus Corona yang menggila?

Lalu bagaimana skenario lockdown yang akan dilakukan pemerintah tersebut?

Ikuti pembahasannya dalam talkshow Dua Arah, Senin (30/3/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 22.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com