Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Perjuangan Para Dokter di Italia Tangani Pasien Virus Corona...

Kompas.com - 29/03/2020, 08:16 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerja para medis di Italia semakin berat dalam satu bulan terakhir, ketika kasus infeksi virus corona di negara itu bertambah banyak.

Angka kematian semakin tinggi.  

Dengan jumlah kematian mencapai 9.313 dari 86.498 kasus, dokter dan perawat bekerja secara bergantian untuk mengelola rumah sakit yang dipenuhi pasien dan seringkali mengorbankan kesejahteraan psikologis mereka sendiri.

Sebagai ahli anestesi yang terlatih dalam memberikan penghilang rasa sakit dan mengelola resusitasi, Gregoria Spagnolin, mengatakan, ia merasa tak siap untuk melihat kenyataan yang terjadi selama wabah Covid-19.

"Menerima kematian seorang pasien kanker metastasis lebih mudah daripada menerima kematian seorang pasien berusia 30 tahun. Sekarang, ini adalah rutinitas sehari-hari," kata Spagnolin, dilansir dari The Independent, Sabtu (28/3/2020).

Baca juga: 10 Panduan untuk Orangtua Cegah Anak dari Virus Corona

Dalam satu hari, ia menyaksikan angka kematian secara terus menerus, yang biasanya terjadi dalam rentang waktu satu bulan.

"Hal yang paling sulit untuk diproses secara emosional adalah bagaimana orang-orang ini mati. Mereka sendirian," kata dia.

Pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengikuti protokal isolasi dan kontrol infeksi yang ketat, sehingga membuat kunjungan keluarga menjadi mustahil.

Kadang-kadang, ia melanggar aturan rumah sakit demi memberi kesempatan terakhir pasien untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya melalui telepon pribadinya yang telah dibungkus dengan plastik.

"Secara teori ini tak diperbolehkan, tapi itu satu-satunya hal manusiawi yang bisa dilakukan," jelas dia.

Tenaga medis bekerja di bawah tekanan yang sangat besar, termasuk tingginya risiko infeksi dengan minimnya alat perlindungan diri.

Lebih dari 5.000 operator sanitasi telah terbukti positif terkena virus corona.

Baca juga: Bagaimana Aturan Isolasi dan Karantina Diri karena Virus Corona? Ini Panduannya

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal imliah The Lancet, hal itu berpotensi besar menyebabkan stres, gelisah, dan depresi.

Spagnolin mengatakan, komitmen terhadap pekerjaannya melupakan risiko psikologis jangka panjang yang mengintainya.

"Ketika Anda berperang, Anda tidak menyadari apa yang Anda rasakan. Kamu hanya bertarung," papar Spagnolin.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com