Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Skull Breaker Challenge, Mengapa Para Remaja Cenderung Meniru meski Berbahaya?

Kompas.com - 17/02/2020, 10:46 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

ker cha

KOMPAS.com - Maraknya aksi para remaja di sejumlah negara melakukan tantangan skull breaker challenge di TikTok menimbulkan kekhawatiran karena dianggap sangat berbahaya, bahkan mengancam nyawa.

Berbagai video skull breaker challenge juga viral di media sosial Twitter.

Skull breaker challenge melibatkan 3 orang untuk menjegal pemain yang berdiri di posisi tengah hingga terjatuh dalam kondisi terbaring.

Hal ini berisiko mengakibatkan cedera serius dan berujung pada kematian.

Meski berbahaya, banyak pengguna TikTok yang berusia remaja melakukan tantangan ini.

Baca juga: Viral Skull Breaker Challenge, Jangan Asal Ikut-ikutan, Bisa Berujung Kematian

Mengapa para remaja melakukan tantangan ini meski menyimpan bahaya?

Psikolog Anak, Seto Mulyadi, menilai, maraknya remaja yang melakukan tantangan membahayakan seperti ini di media sosial salah satunya karena kurangnya perhatian dan pengakuan di dunia nyata.

"Memang pada dasarnya anak-anak ini kurang mendapatkan perhatian, penerimaan dengan segala keunikan masing-masing," ujar Kak Seto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020) pagi.

Menurut dia, ada kecenderungan penyeragaman dan tuntutan untuk menjadi "baik" dalam takaran yang sama.

Baca juga: Viral Tantangan Berbahaya Skull Breaker Challenge, Ini Imbauan KPAI

Pada situasi seperti itu, Kak Seto menilai, anak-anak akan mencari celah dan cara untuk mengekspresikan keunikannya dan mendapatkan penerimaan atas itu.

"Ini yang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan sebenarnya, setiap anak itu unik, itu perlu dihargai, bukan sekadar ranking semata. Bukan hanya sekadar prestasi akademik," ujar Kak Seto.

Untuk itu, Kak Seto menilai, sekolah perlu memberi perhatian terhadap bakat-bakat non-akademis setiap siswanya dan memberikan penghargaan.

Ia mengatakan, setiap anak punya keunikan yang berbeda-beda. Ada yang pandai dalam penguasaan mata pelajaran, tetapi terampil sebagai penari, pemusik, ataupun bidang olahraga.

Hal itu bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi keluarga dan lingkungan sebagai tempat anak bertumbuh kembang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com