Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Efektif Termometer Tembak Mendeteksi Suhu Orang dengan Virus Corona?

Kompas.com - 16/02/2020, 20:48 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Beberapa ahli meragukan pemeriksaan suhu menggunakan termometer model tembak efektif untuk mengetahui seseorang memiliki virus corona atau tidak.

Pengunaan termometer yang dilakukan dengan didekatkan ke kepala itu dinilai tidak dapat diandalkan.

Padahal alat dengan sensor inframerah tersebut banyak digunakan untuk melakukan pemeriksaan suhu di banyak tempat.

“Perangkat ini terkenal tak akurat dan tak dapat diandalkan,” ujar Dr James Lawler seorang ahli medis di Pusat Global untuk Keamanan Kesehatan Universitas Nebraska sebagaimana dikutip dari The New York Times.

Termometer tersebut bekerja menentukan suhu seseorang dengan mengukur panas yang berasal dari permukaan tubuh seseorang.

Namun, Lawler menyebut kerap kali mereka yang memegang alat tersebut memegangnya terlalu jauh dengan dahi subyek. Akibatnya hasil pembacaan suhu bisa lebih rendah.

Atau ketika seseorang memegang alat tersebut terlalu dekat, pembacaannya akan jauh lebih tinggi dari suhu sebenarnya.

Baca juga: 3 Minggu Dirawat karena Virus Corona, Pasien Sembuh: Saya Pikir Saya Mengetuk Pintu Neraka

Banyak aspek memengaruhi

Pengukuran dengan alat ini juga sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti pinggiran jalan yang berdebu. Berpengaruh juga saat seseorang telah minum obat penurun deman.

Lawler mengatakan, saat tengah bepergian ke Afrika Barat saat musim wabah Ebola, ia telah berkali-kali dites menggunakan alat tersebut selama pemeriksaan di pos pinggiran jalan.

Hasilnya suhunya sangat rendah. Hasil pemeriksaan sering menunjukkan ia tengah kedinginan dengan suhu 35 derajat, bahkan kurang.

Padahal, ia merasa baik-baik saja.

"Jadi aku tidak yakin alat itu akurat." ujarnya.

WHO sendiri bulan lalu menyatakan bahwa pemeriksaan suhu mampu mengurangi risiko penyebaran virus corona. 

Akan tetapi, orang-orang di media sosial China yang telah melewati pos penjagaan, banyak yang mengeluhkan termometer tersebut.

Menurut mereka termometer tersebut kadang menghasilkan bacaan rendah yang tidak realistis dan bacaan tinggi saat situasi tertentu.

Seperti ketika seorang pelancong yang dites padahal ia baru saja keluar dari dalam mobil yang panas.

"Anda tahu termometer tembak tidak akurat. Tetapi tidak ada yang mengatakan apa-apa karena itu bagian dari proses," tulis seorang di Weibo, layanan media sosial China, setelah ia dites.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Kebaktian di Beberapa Gereja Singapura Dilakukan Online

Aktivitas tubuh

Ketika pemeriksaan dengan termometer tembak menunjukkan suhu tinggi juga belum dapat memastikan orang itu sakit, apalagi tengah membawa virus.

"Mereka bisa saja berolahraga, mereka bisa menggunakan obat-obatan tertentu," kata Jim Seffrin, seorang ahli perangkat inframerah di Infraspection Institute di New Jersey.

Ia juga mencontohkan seseorang yang telah mencoba untuk mengejar penerbangan di bandara di mana mereka terlambat mungkin baru saja berlari sehingga suhu tubuhnya bisa saja meningkat.

Sementara itu, untuk menghindari ketidakakuratan pengukuran suhu, AS telah melakukan karantina wajib hingga dua minggu bagi siapapun yang pernah ke Hubei, China.

Tetapi di sisi lain China menggantungkan diri pada pemeriksan suhu harian dalam menghadapi virus.

Mo Yingchun, seorang manajer umum di pabrik termometer tembak Alicn Medical di Shenzhen, China mengatakan bahwa dia sepakat bahwa termometer inframerah tak dapat diandalkan.

Ia bahkan mengatakan termometer perusahaannya biasanya digunakan untuk memeriksa suhu bayi dalam ruangan.

"Senjata termometer hanya digunakan untuk penyaringan cepat dan tidak seakurat termometer tradisional," kata Mo.

Baca juga: Puji China Tangani Virus Corona, Netralitas WHO Dipertanyakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com