Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelisik Awal Mula Munculnya Klitih di Yogyakarta...

Kompas.com - 14/01/2020, 06:00 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

KOMPAS.com - Tindakan kriminalitas jalanan yang melibatkan remaja masih kerap muncul di Yogyakarta.

Fenomena yang disebut klitih oleh masyarakat Yogyakarta itu semakin meresahkan. Sebab, aksi kriminalitas itu menimbulkan korban jiwa.

Kondisi itu tentu saja bisa mencoreng citra Yogyakarta yang disematkan sebagai Kota Pelajar

Dimulai dari geng pelajar

Merunut arsip Harian Kompas, kejadian kriminal yang melibatkan remaja pernah muncul pada tahun 1990-an.

Kemudian pada berita 7 Juli 1993, Kepolisian Wilayah (Polwil) DIY mulai memetakan keberadaan geng remaja di Yogyakarta.

Kapolwil DIY saat itu Kolonel (Pol) Drs Anwari mengatakan, sudah memiliki informasi tentang keberadaan geng remaja dan kelompok anak muda yang sering melakukan berbagai aksi kejahatan di Yogyakarta.

Pada sekitar tahun 2000-an, tawuran antarpelajar muncul dan membuat gerah Wali Kota Yogyakarta saat itu, Herry Zudianto.

Kepada sekolah-sekolah, Herry mengatakan, jika ada pelajar Yogyakarta yang terlibat tawuran akan dikembalikan kepada orangtuanya, atau dikeluarkan.

Instruksi itu dinilai sempat ampuh meredam aksi kekerasan remaja.

Instruksi Wali Kota Yogya itu, menurut Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto, membuat beberapa geng pelajar kesulitan mencari musuh.

Baca juga: Aksi Klitih Terjadi di Bantul, Seorang Pemuda Alami Luka di Wajah

Beralih motif

Soeprapto mengatakan, geng-geng itu kemudian melakukan kegiatan mencari musuh dengan mengelilingi kota secara acak. Jika sebelumnya tindakan kekerasan karena motif balas dendam, maka saat ini motifnya bisa beragam.

Selain karena eksistensi, juga bisa karena campur tangan alumni atau pihak lain yang mempunyai kepentingan dan menunggangi.

"Pihak tertentu itu ikut nimbrung supaya tujuannya tercapai, istilahnya bisa nabok nyilih tangan. Sebab kalau kejahatan dilakukan remaja atau anak-anak hukumanya ringan," kata Soeprapto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/1/2020).

Belakangan, istilah klitih mulai marak di pemberitaan media sekitar tahun 2016-an.

Pada tahun 2016 itu tercatat 43 kasus kekerasan yang melibatkan remaja, atau rata-rata 3 kasus per bulan.

Baca juga: Mengenang R Soeprapto, Bapak Kejaksaan yang Berani Menolak Perintah Bung Karno

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com