Ismet NM Haris, dalam artikelnya "Teladan Seorang Mantan Demonstran" yang dimuat di Harian Kompas, 9 April 1994, menyebutkan, ketidakhadiran nama Gie dalam buku-buku sejarah lebih disebabkan faktor kekhilafan ketimbang unsur kesengajaan.
Menurut dia, banyaknya pelaku sejarah saat itu, mungkin saja dianggap memiliki tingkat kredibilitas moral melebihi Soe Hok Gie.
Lebih dari sekadar nama yang nyaris terlupakan dalam kesejarahan di Indonesia, Gie adalah teladan menarik yang hingga kini belum ada duanya.
Perjuangan Gie dalam melawan kediktatoran pemerintah Orde Baru harus berakhir pada 16 Desember 1969 pada usia 27 tahun.
Ia meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 ketika sedang mendaki puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru.
Kala itu, Gie menghirup gas beracun. Gie meninggal bersama Idhan Lubis di Puncak Semeru.
Satu tahun setelah meninggal, Gie menerima hadiah Kehormatan Zakse pada September 1970.
Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 5 September 1970, keputusan itu berdasarkan hasil penilaian hasil dewan juri "Zakse Prize" setelah memerhatikan kaya-karya Gie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.