Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

17 Desember, Selamat Ulang Tahun Soe Hok Gie!

Gie dikenal sebagai seorang aktivis yang secara lantang melawan rezim awal Indonesia pasca-kemerdekaan.

Lahir di Jakarta, 17 Desember 1942, Gie mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kolese Kanisius.

Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikannya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra pada tahun 1962.

Tak hanya sebagai aktivis, Gie juga dikenal sebagai pelopor awal pencinta alam di Indonesia.

Pergolakan politik tahun 1966 menjadi panggung penting bagi Gie untuk melontarkan ide-ide kritisnya.

Pada 1966, ketika mahasiswa turun ke jalan dengan aksi Tritura-nya, Soe Hok Gie termasuk dalam barisan paling depan.

Bahkan, ia sering disebut-sebut sebagai tokoh kunci terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI pada 1966.

Pada tahun-tahun pertama pesta kemenangan Orde Baru, ketika 13 orang pimpinan mahasiswa diangkat menjadi anggota parlemen, Soe Hok Gie justru bergeming oleh tawaran tersebut.

Ia lebih memilih dan tetap bertahan pada posisinya sebagai unsur moral force, yakni dengan cara back to campus menggalang kekuatan alternatif sejati.

Orde Baru, menurut Gie, adalah situasi ketika masyarakat Indonesia sangat haus akan tertib hukum.

Setiap hari terdengar cerita-cerita tentang oknum-oknum yang menampar rakyat biasa.

Hal ini membuat Gie terus bersuara agar rakyat jangan sampai menjadi muak dan apatis terhadap pemerintahan.

Dalam menuliskan respon terhadap masalah- masalah aktual pada zamannya itu, tak segan Gie menyebut nama seseorang/pelaku yang terlibat.

Akan tetapi, peran Gie tersebut nyaris tidak bisa ditemui dalam banyak buku sejarah.

Ismet NM Haris, dalam artikelnya "Teladan Seorang Mantan Demonstran" yang dimuat di Harian Kompas, 9 April 1994, menyebutkan, ketidakhadiran nama Gie dalam buku-buku sejarah lebih disebabkan faktor kekhilafan ketimbang unsur kesengajaan.

Menurut dia, banyaknya pelaku sejarah saat itu, mungkin saja dianggap memiliki tingkat kredibilitas moral melebihi Soe Hok Gie.

Lebih dari sekadar nama yang nyaris terlupakan dalam kesejarahan di Indonesia, Gie adalah teladan menarik yang hingga kini belum ada duanya.

Akhir hidup

Perjuangan Gie dalam melawan kediktatoran pemerintah Orde Baru harus berakhir pada 16 Desember 1969 pada usia 27 tahun.

Ia meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 ketika sedang mendaki puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru.

Kala itu, Gie menghirup gas beracun. Gie meninggal bersama Idhan Lubis di Puncak Semeru.

Satu tahun setelah meninggal, Gie menerima hadiah Kehormatan Zakse pada September 1970.

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 5 September 1970, keputusan itu berdasarkan hasil penilaian hasil dewan juri "Zakse Prize" setelah memerhatikan kaya-karya Gie.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/17/174700365/17-desember-selamat-ulang-tahun-soe-hok-gie

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke