Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Perempuan Ambil Tanaman di Tol, Mengapa Perilaku seperti Ini Kerap Terjadi?

Kompas.com - 16/12/2019, 19:07 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang perempuan terekam tengah mencabut tanaman berbunga merah muda yang ada di pembatas sebuah jalan tol.

Ia turun dari mobil yang ditumpanginya saat terjebak macet, kemudian mencabut tanaman itu dan dengan bergegas membawanya masuk ke dalam mobil.

Dari video itu, terlihat tanaman yang diambilnya tercabut hingga akar.

Aksi si perempuan itu terekam oleh kamera pengguna mobil yang berada tepat di belakangnya.

Tak diketahui siapa yang pertama mengunggah video yang akhirnya viral ini, karena video yang sama diunggah oleh beberapa akun sejak Senin (16/12/2019) pagi.

Beragam komentar membanjiri unggahan ini. Ada yang menyayangkan, karena tindakan ini dianggap tak layak dilakukan.

Bahkan, topik ini menjadi salah satu yang paling banyak dibicarakan warga Twitter.

Baca juga: Kata Dokter soal Viral Tempel Bawang Putih di Tangan Bisa Atasi Sakit Gigi

Hingga sore ini, tagar Plat N masuk jajaran trending topic Indonesia. Plat N adalah plat kendaraan yang dinaiki perempuan tersebut dan tampak jelas pada video. 

Trending topic Twitter Indonesia Senin (16/12/2019) sore, salah satunya adalah #PlatNTwitter Trending topic Twitter Indonesia Senin (16/12/2019) sore, salah satunya adalah #PlatN

Tindakan atau perilaku mengambil sesuatu bagian dari fasilitas umum bukan kali ini terjadi.

Sebelumnya, beberapa tindakan yang hampir sama juga pernah terjadi, misalnya mengambil fasilitas di toilet umum, mur atau baut jembatan, dan lain-lain.

Mengapa perilaku seperti ini kerap terjadi?

Sosiolog asal Universitas Airlangga Bagong Suyanto menilai, perilaku seperti itu menunjukkan rendahnya tanggung jawab terhadap fasilitas umum yang merupakan hak semua orang untuk menikmatinya.

Baca juga: Viral Sepekan, Surat Penetapan NIP CPNS hingga Video Remaja Tenggelam

"Di Indonesia kepedulian dan responsibility masyarakat terhadap fasilitas publik memang rendah. Ini dipicu oleh belum terinternalisasinya panoptikon (pengawasan) di konstruksi mereka," kata Bagong saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/12/2019) sore.

Menurut Bagong, ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal ini, misalnya, rasa memiliki yang rendah dan dan keterikatan pada komunitas.

Namun, lanjut dia, keberadaan media sosial saat ini bisa membantu proses pengawasan masyarakat. 

Hal baik akan panen pujian, sementara hal buruk akan dengan mudah mendatangkan hujatan dan sanksi sosial lainnya.

"Media sosial bisa menjadi panoptikon. Asal di sana dikembangkan discourse yang mendukung," kata Bagong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com